Sandeq Race 2023

CERITA Passandeq Perahu Teluk Mandar yang Kesulitan Tembus Ombak Teluk Mandar, Penopang Sampai Patah

Perairan Teluk Mandar sendiri merupakan etapa terakhir atau etape ke delapan setalah Deking Majene.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Ilham Mulyawan
Fahrun/Tribun-Sulbar.com
PAssandeq bersama Perahunya bernama Teluk Mandar 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Sebanyak 37 perahu Sandeq pada ajang Sandeq Sulawesi Barat (Sulbar) 2023 telah tiba di Pantai Bahari Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Senin (2/9/2023).

Sejumlah awak Sandeq memiliki pengalaman tersendiri telah melalui delapan etape.

Berangkat di Pantai Bambang Loka Kabupaten Pasangkayu pada 24 September 2023 lalu.

Baca juga: Ratusan Warga Polman Padati Pantai Bahari Polewali, Saksikan Lomba Segitiga 37 Perahu Sandeq

Baca juga: KASIHAN Peserta Festival Sandeq Mendayung Puluhan Kilometer, Tiba di Mamuju Tak Disambut Pemerintah

Selama sembilan hari berada di lautan menaklukkan angin dan finis di Pantai Bahari Polman, Minggu (1/10/2023) kemarin.

Salah satu peserta yakni Sandeq Teluk Mandar dari Desa Pambusuang, Polman ikut berbahagia finis dengan selamat.

Meski perahu Sandeqnya mendapat musibah, salah satu tiang depan patah menerobos ombak.

Pemimpin Sandeq Teluk Mandar, Muslimin mengatakan baru kali ini ia terdepak dari 10 besar.

"Salama 25 tahun saya ikut lomba, selalu masuk di urutan 10 besar, kali ini harus terdepak," ujar Muslimin saat ditemui di pantai bahari.

Muslimin bercerita lautan yang paling sulit ia lalui saat memasuki perairan Kabupaten Polman.

Para nelayan selama ini menyebut perairan itu bernama Teluk Mandar, ombaknya cukup besar.

Muslimin menyebut ada 10 perahu Sandeq mengalami musibah saat melintasi Teluk Mandar.

"Bahkan ada yang harus ditonda ke Pambusuang, dan tidak dapat melanjutkan perjalanan," lanjutanya.

Ayah empat anak ini mengatakan perairan Teluk Mandar memiliki ombak yang begitu besar.

Perahu Sandeqnya yang diberi nama Teluk Mandar pun patah pada bagian penopang depan.

Muslimin bersama delapan orang awaknya pun harus terdepak dari urutan 10 besar pada ajang ini.

Ia harus memperbaiki perahunya agar dapat melanjutkan perjalanan dan finis di Pantai Bahari.

Perairan Teluk Mandar merupakan etapa terakhir atau etape ke delapan setalah Deking Majene.

"Pantai Deking Majene juga agak sulit, di etape ini kita tidak pernah mendayung," lanjutnya.

Disebutkan etape termudah yang ia lalui dalam lomba ini ialah pantai Bambang Loka hingga ke Papalang Mamuju.

Lantaran perairan tersebut teduh, ombak dan angin cukup bersahabat bagi para pelaut.

Bagi Muslimin semakin ombak besar dan angin kencang, ia pun semakin tertantang untuk menaklukkannya.

Kemampuan dan pengalaman awak perahu Sandeq akan semakin teruji saat melintas perairan tersebut.

Muslimin sendiri sudah 25 tahun ikut ajang lomba perahu runcing putih yang cukup gesit ini.

"Nenek dan bapak saya menggunakan perahu Sandeq ini sejak dulu untuk menangkap ikan," ucapnya.

Kini, lanjut Muslimin Sandeq sudah jarang lagi digunakan untuk menangkap ikan di laut.

Perahu warisan budaya maritim Mandar ini kita banyak dibuat untuk mengikuti perlombaan.

Sekian banyak modifikasi, kata Muslimin yang banyak berubah pada perahu Sandeq ini.

Muslimin tetap bangga dapat terus ikut menjadi bagian saat lomba tahunan ini bergulir.

Meski perahunya mengalami kerusakan, ia tetap bisa mengikuti lomba segitiga, ajang terakhir dari kegiatan Sandeq Sulbar 2023.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved