DBD Sulbar

Kasus DBD Sulbar Capai 397 Kasus Januari - Juni 2023 Terbanyak di Polman, Sampah Penyebab Utama?

Dilansir dari indonesian-publichealth.com, sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya vektor penyakit yang akan membahayakan kesehatan.

Editor: Ilham Mulyawan
Pixabay
gejala dan cara pencegahan demam berdarah atau DBD 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Kabupaten Polewali mandar (Polman) menjadi daerah di Sulawesi Barat, dengan jumlah tertinggi kasus Demam Berdarah (DBD).

Selama periode Januari hingga Juni 2023, kasus DBD di Sulbar sebanyak 397 kasus tersebar di semua kabupaten.

Rinciannya terbanyak dari Polman sebanyak 139 kasus, disusul Kabupaten Mamuju di tempat kedua dengan 114 kasus (1 meninggal), lalu Kabupaten Mamuju Tengah 64 kasus, Kabupaten Pasangkayu 60 kasus, Kabupaten Majene 18 kasus (2 meninggal)dan terakhir Kabupaten Mamasa 2 kasus.

Baca juga: Kasus DBD di Sulbar Meningkat 397 Kasus, Terbanyak Polman

"Kalau dilihat trendnya ada peningkatan terus kasusnya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Sulbar dr Darmawiyah, Kamis (6/7/2023).

Dari 397 kasus ada tiga yang meninggal yakni di Mamuju satu orang dan Majene dua orang.

DBD ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti.

Tertingginya kasus DBD di Polman erat kaitannya dengan penumpukan sampah yang terjadi di sana.

Seperti diketahui, Polman saat ini masih bermasalah dengan sampah berserakan dimana-mana, karena tak mempunyai Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Bahkan baru-baru ini terjadi tsunami sampah di Kecamatan Wonomulyo Polman, yang memenuhi saluran irigasi.

Dilansir dari indonesian-publichealth.com, sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya vektor penyakit yang akan membahayakan kesehatan.

Sebagimana menurut Soemirat (2011), pengelolaan sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas, ban bekas, ember bekas dan sebagainya yang tidak terkontrol dengan baik yang berpotensi menampung air pada musim hujan akan menjadi tempat yang cocok bagi vektor Aedes aegypti untuk berkembangbiak.

Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang memadai.

Juga sebagaimana menurut WHO (2001), pengelolaan sampah yang tidak efektif mengakibatkan adanya tempat-tempat yang dapat menampung air hujan dan menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti, antara lain sampah anorganik seperti kaleng, botol, ember atau benda tidak terpakai lainnya dibuang dan dikubur dalam tanah. (*)

Adapun, Kasus DBD selema periode Januari - Juni tahun 2023 diantaranya:

1. Kabupaten Mamuju : 114 kasus (1 meninggal)

2. Kabupaten Mamuju Tengah : 64 kasus

3. Kabupaten Pasangkayu : 60 kasus

4. Kabupaten Majene : 18 kasus (2 meninggal)

5. Kabupaten Polewali Mandar : 139 kasus

6. Kabupaten Mamasa : 2 kasus.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved