OPINI

MARAK Kasus Penculikan Anak, Mana Peran Inti Orangtua?

Masyarakat setempat juga memiliki peran penting di lingkungannya agar anak-anak tidak mudah dirangkul dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Editor: Ilham Mulyawan
wisegeek.com
Ilustrasi penculikan 

Oleh:
Putri Wulandari
Mahasiswa STAIN Majene

TRIBUN-SULBAR.COM - Akhir-akhir ini, isu kasus penculikan anak semakin sering didengar di sejumlah daerah dan media sosial.

Bahkan dinyatakan darurat. Anak yang diculik dipaksa mengemis, menjadi korban hasrat seksual, hingga organ tubuhnya dijual.

Motivasi mereka dalam menculik anak-anak tiada lain karena tergiur dalam besaran uang jual-beli ginjal.

Data kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (KPPA) pada 2022, tingkat kasus penculikan anak mencapai 28 kejadian sepanjang tahun.

Sejumlah pemerintah daerah (PEMDA) sampai mengeluarkan surat pencegahan penculikan anak dalam beberapa waktu terakhir ini.

Namun alih-alih menangani, sejumlah polisi daerah justru mengatakan bahwa kasus penculikan anak tersebut adalah hoaks, meski polisi menyatakan isu tersebut adalah hoaks, alangkah baiknya masyarakat tetap waspada dan memastikan lingkungan aman dan nyaman bagi anak.

Hal yang membuat anak-anak rentan jadi target penculikan karena secara fisik mereka mudah dikuasai, dipengaruhi, dan belum bisa melindungi dirinya sendiri, selain itu lemahnya pengawasan orang tua.

Masyarakat setempat juga memiliki peran penting di lingkungannya agar anak-anak tidak mudah dirangkul dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pengawasan yang bagus antara orang tua yang berada di rumah, masyarakat yang di luar rumah dan dari pihak sekolah ketika anak-anak di sekolah menjadi pagar penting dalam menghindari penculikan anak.

Kondisi ekonomi juga menjadi faktor penting dalam memotivasi pelaku dalam melakukan penculikan, pelaku biasanya mentargetkan anak-anak yang orang tuanya juga rentan dalam kemiskinan, sosial, dan alasan lainnya.

Seperti pada kasus di Makassar, dimana pelaku membunuh korban ( anak) untuk dijual organnya. Rencana pembunuhan dan penjualan organ dilakukan menggunakan jasa online pembelian organ.

Dalam menangani peristiwa ini perlu dilakukan edukasi pada anak, yang dimana peran orang tua memberikan pemahaman kepada anak jika bertemu dengan orang asing.

Orangtua juga harus selalu waspada dalam mengenali lingkungan bermain anak-anak dengan baik termasuk orang tua atau keluarga dari teman bermain si anak.

Orangtua juga perlu membekali anak dengan informasi-informasi dasar terkait tempat tinggal dan nomor yang bisa dihubungi, yang perlu juga orang tua perhatikan agar dapat membantu dalam pencarian korban penculikan anak dan mengurangi kemungkinan anak hilang yaitu dengan memberikan data diri yang lengkap kemudian di pasang disetiap baju anak.

Dalam kasus penculikan anak yang tengah marak ini kesadaran masyarakat juga sangat diperlukan untuk mengurangi potensi kasus penculikan di lingkungan mereka, seperti mengajak anak-anak untuk berinteraksi, menegur mereka jika bermain terlalu lama atau terlalu jauh dan menghubungi RT/RW jika dirasa melihat ada orang asing yang mencurigakan jika orang asing tersebut mencoba melakukan tindakan kriminal.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Perokok Pemula dan Dilema Budaya

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved