Berita Mamuju Tengah

Takut Kena Sanksi Rp1 Miliar, Pemilik Kafe di Mamuju Tengah Urung Gelar Nobar Piala Dunia 2022

Menurutnya, sejak kemarin beberapa pengunjung sudah tanyakan terkait adanya nobar, namun urung dia lakukan karena takut sanksi

Penulis: Samsul Bachri | Editor: Ilham Mulyawan
samsul Bachri/Tribun-Sulbar.com
Yayat pemilil kafe Kilometer Satu, Topoyo, Mamuju Tengah berharap ada keringanan biaya perizinan siaran Piala Dunia Qatar 2022. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Pemilik kafe di Mamuju Tengah mengeluh terhadap biaya perizinan Nonton bareng (Nobar) Piala Dunia 2022 Qatar.

Biaya perizinan yang mahal membuat Yayat, pemilik kafe Kilometer Satu di Mamuju Tengah itu berpikir seribu kali untuk gelar nobar.

"Kendalanya di biaya perizinan. Untuk buka nobar secara komersial, "Kata Yayat saat ditemui di kafenya Jl. Jenderal Sudirman, Topoyo, Mamuju Tengah, Senin (21/11/2022).

Baca juga: Piala Dunia 2022 - Inggris vs Iran, Momen Kebangkitan Three Lions, Team Melli Siap Tempur

Baca juga: Piala Dunia 2022 - Inggris vs Iran dan Senegal vs Belanda, Mehdi Taremi Respek Siapapun!

Kata ia, biaya untuk pengambilan lisensi nobar Piala Dunia agak mahal.

"Kalau tidak salah sekitar Rp20 jutaan, " Kata Yayat.

Ia katakan, daya tarik pengunjung saat di kafe-kafe yang nomor satu adalah nobar.

"Inikan momentumnya yah, empat tahun sekali, " Katanya.

Menurutnya, sejak kemarin beberapa pengunjung sudah tanyakan terkait adanya nobar.

"Kita mau gelar secara ilegal, takut nya nanti didenda sesuai aturan dari pemenang tender tentang hak siar oleh beberapa stasiun tv nasional, " Terangnya.

Lanjut ia, sanksinya tak main-main bagi yang gelar nobar tanpa lisensi, sebab nilainya mencapai Rp1 miliar.

"Karena aturan itu membuat euforia Piala Dunia tahun ini, khususnya di Mamuju Tengah kurang meriah, " Imbuhnya.

Meski begitu, pemuda asal Kecamatan Karossa ini berupaya agar di kafenya bisa gelar nobar.

"Ini rencana mau ke kota Mamuju, karena infonya disana ada kafe yang gelar nobar, mau tanya terkait kejelasan aturan tersebut seperti apa, " Terangnya.

Menyikapi hal ini, Yayat berharap pemerintah dapat memberikan keringanan biaya perizinannya.

"Paling tidak ada subsidi lah dari pemerintah, dari biaya Rp20 jutaan dapat di press sedikit lah, karang kali biaya segitu agak berta bagi kami, " Pungkasnya.

Laporan wartawan Tribun-Sulbar.com Samsul Bahri

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved