HUT Sulbar
Eksis Sejak 1950 Jadi Pakacapi Lestarikan Budaya Mandar, Jalal: Dangdut Belum Ada Saya Main Kacapi
Jalal mengaku telah memainkan alat musik ini sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) atau sejak 1950
Penulis: Zuhaji | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - HUT Sulbar ke-18 yang jatuh pada hari ini, Kamis (22/9/2022) melibatkan seluruh elemen dalam peringatannya.
Tak terkecuali para seniman budaya Sulawesi Barat, salah satunya Jalal (80), seorang seniman Kacapi Mandar.
Usianya memang tak muda lagi, tarikan suaranya juga tak sekuat ketika masih muda.
Namun, semangatnya untuk melestarikan budaya Sulbar di seni musik tetap membara.
Sebagai seorang seniman musim budaya, Jalal disebut Pakacapi - sebutan bagi seniman Kacapi Mandar.
Kacapi Mandar alat musik petik khas Suku Mandar Sulawesi Barat (Sulbar).
Jalal mengaku telah memainkan alat musik ini sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Kalau dihitung mundur, maka Jalal telah memainkan Kacapi ini sejak tahun 1950, atau ketika usianya masih 8 tahun.
"Saya sering mendengar guru mengaji saya bermain dan juga pita (kaset) dulu," cerita Jalal kepada TribunSulbar.com saat dijumpai sebagai penghibur perayaan HUT Sulbar ke-18 di halaman kantor sekretariat sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulbar, Jl Abd Malik Pattana Endeng, Simboro, Mamuju, Kamis (22/9/2022).
Eksi hingga kini, tak heran Jalal menjadi legenda pakacapi Sulbar.
Jalal mengaku, beberapa tahun lalu sekelompok orang mencari seniman kacapi dengan menggelar kegiatan musik tradisional.
Dari situlah awal dirinya diketahui bisa dan sangat mahir memainkan alat musik khas Mandar tersebut.
"Tahun berapa itu, pas umur 70 tahunan dicari budaya Mandar. Saya masuk di Pamboang dipertandingkan," kata Jalal.
Tidak hanya pandai memainkannya, Jalal bahkan bisa membuat kacapinya sendiri.
Sudah sangat jarang ditemui, pengrajin yang juga sekaligus mahir dalam bermain Kacapi.
Generasi muda penerus pakacapi dinilai sangat sedikit, sejauh ini Jalal sudah mengajarkan sebanyak 20 pemuda bermain Kacapi dan Keke.
"Sempat mengajar di Rangas 14 hari," sebutnya.
Dengan gagah, Jalal menunjukkan bagaimana cara memainkan Kacapi dengan benar, tidak ada not atau kunci khusus pada Kacapi yang dapat dijelaskannya.
Akan tetapi, suara yang terdengar sangatlah merdu membawa pendengarnya ikut larut ke masa lalu di mana saat itu belum ada jenis musik selain musik tradisional.
"Itu dangdut belum ada, saya sudah main Kacapi," tambahnya.
untuk diketahui, musik dangsut mulai masuk ke Indonesia di era 1960-an.
Sementara itu, di tempat yang sama Pegiat Budaya Sulbar, Muhammad Ridwan Alimuddin menjelaskan Jalal bukan satu-satunya pakacapi yang ada di Mandar.
"Sebagai dari mereka sudah banyak yang sakit, seperti Aba Fatimah yang sering bersama dengan teman-teman," jelas Ridwan.
Ridwan berharap, kedepan pemerintah menerapkan pendidikan muatan lokal di sekolah-sekolah dengan memperkenalkan alat musik tradisional Sulbar.
Kata Ridwan, persaingannya banyak sebab alat musik modern sudah menjamur.
"Beri generasi muda apresiasi, harusnya ada beasiswa bagi mereka yang pandai memainkan Kacapi sebagai motivasi agar dapat terus dilestarikan masa ke masa," harap Ridwan.
Laporan Wartawan Tribunsulbar.com Zuhaji