Cerita Dea Mahasiswi Asal Saletto Mamuju, Kuliah Sambil Kerja Jadi Barista & Kurir Pengantar Barang

Sampai ia masuk di perguruan tinggi, kemandirian itu tetap melekat pada dirinya, bekerja sambil kuliah.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun-Sulbar.com/Fahrun Ramli
Raddhia (21) mahasiswi Fakultas Pertanian jurusan Agribisnis di Unika Mamuju, Sulbar, asal Desa Saletto, kuliah sambil bekerja sebagai barista dan kurir pengantar barang, ditemui di tempat kerjanya, Senin (19/9/2022) 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Cerita Raddhia (21) mahasiswi Fakultas Pertanian jurusan Agribisnis, Universitas Tomakaka (Unika) Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Dea sapaan akrab Radhiah adalah warga Desa Saletto, Kecamatan Simboro, Mamuju.

Saat ini sudah semester lima, dan aktif menjadi salah satu pengurus organisasi di kampusnya.

Dea bercerita, sejak duduk di bangku SMP, ia mulai bekerja berjualan di lingkungan sekolah.

Sampai ia masuk di perguruan tinggi, kemandirian itu tetap melekat pada dirinya, bekerja sambil kuliah.

Tak tanggung-tanggung, ia bekerja sebagai barista atau membuat dan menyajikan kopi di warung kopi (Warkop) Tips Cofe Jl Andi Endeng, Kelurahan Karema.

Selain itu, ia juga bekerja sebagai kurir pengantar jemput barang, komunitasnya bernama Kurir Cantik Mamuju (Kurcan).

"Saya bekerja untuk mandiri, dalam memenuhi semua kebutuhan selama kuliah ini," terang Dea saat ditemui di sela-sela waktu kerjanya.

"Perekonomian di keluarga pas-pasan, saya belajar mandiri sejak duduk di bangku SMP, jualan di lingkungan sekolah," lanjutnya.

Dea bersyukur sebab ia salah satu penerima besiswa bidik misi, dimana uang semesternya dapat tertutupi.

Bidik misi yang ia peroleh digunakan untuk membayar semester, sementara untuk biaya kampus lainya dari hasil keringat sendiri.

Diceritakan, Dea memilik dua adik yang saat ini sekolah di pesantren dan satu orang kakak yang sudah menikah.

Ibunya tidak bekerja lagi atau hanya ibu rumah tangga biasa, sementara ayahnya menggarap sawah.

Dea juga menanggung biaya adiknya yang sekolah di pesantren dari hasil, kerja di warkop dan kurir.

"Setiap bulan saya kirimkan uang kebutuhan sekolah di pesantrennya di Majene, kalau ada lagi saya dapat," tambahnya.

Selain hidup kerja mandiri, ternyata Dea juga terbilang cerdas untuk membagi waktu, kerja dan urusan kuliah.

Di pagi hari, ia melayani para penikmat kopi, ketika jadwal kuliah memanggil, ia pun segera bergegas ke kampus.

"Kalau ada jadwal, ada teman saya, Ippa yang setia menjaga warkop, nanti selesai kuliah baru balik ke warkop lagi," ujarnya.

Ia bekerja di warkop bergantian, jika masuk pagi, bekerja sampai jam 16.00 Wita sore. Setelah itu aplikasi kurirnya ia aktifkan.

Melayani pengantaran pesanan makanan di dalam Kota Mamuju, ia aktif hingga pukul 11.00 malam hari.

Dea salah satu mahasiswi yang cukup keras menolak kenaikan pencabutan subsidi BBM jenis pertalite.

Untuk itu, Dea pun ikut dibarisan demonstran aliansi mahasiswa Sulbar tolak kenaikan harga bbm.

"Naiknya BBM menambah pengeluaran, apalagi saya ini kurir, pelanggan sepi gegara kita naikkan tarif antar barang," pungkasnya.

Namun ia hanya bisa tersenyum dan bekerja lebih giat lagi, penolakan kenaikan BBM tak diindahkan.

Bekerja sambil kuliah, tak menjadi hambatan bagi Dea, yang juga aktif di organisasi kemahasiswaan.

Ia merupakan kader PMII Cabang Mamuju, aktif pula di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, Unika.

Gengsi bergaul dengan mahasiswi lainya tak ada dalam kamus hidup Dea, bahkan ia bangga dapat bekerja sambil kuliah.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved