Tribun Health
WHO Tetapkan Cacar Monyet Sebagai Kedaruratan Global, Berikut Gejala Baru Monkeypox
"Gejala-gejala khusus ini bisa parah dan menyebabkan perawatan di rumah sakit sehingga penting untuk membuat diagnosis yang tepat."
TRIBUN-SULBAR.CON - WHO menetapkan monkeypox atau cacar monyet sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
PHEIC merupakan level kewaspadaan paling tinggi di bidang kesehatan, yang artinya dipandang memiliki ancaman signifikan bagi kesehatan global dan membutuhkan koordinasi respons internasional.
Berikut ini gejala baru cacar monyet yang telah diidentifikasi oleh tim kolaborasi dokter internasional dari 16 negara.
Dimana hasilnya bahwa lesi genital dan luka di mulut atau anus telah diidentifikasi sebagai gejala baru cacar monyet, seperti dilaporkan Sky News.
Studi yang dipimpin oleh para peneliti di Queen Mary University of London ini, bertujuan untuk meningkatkan diagnosis ke depannya serta memperlambat penyebaran virus.
Saat ini, stok vaksin untuk cacar monyet masih terbatas.
Laki-laki penyuka sesama jenis dan biseksual lebih terpengaruh oleh penyebaran virus. 98 persen dari pasien yang terinfeksi adalah dari kelompok ini.
Para peneliti mengatakan kedekatan seksual memang menjadi rute penularan yang paling mungkin dalam sebagian besar kasus cacar monyet saat ini.
Akan tetapi, virus juga dapat ditularkan melalui kontak fisik yang dekat melalui tetesan pernapasan yang besar dan berpotensi juga ditularkan melalui pakaian dan permukaan lainnya.
Laporan tersebut menyatakan banyak orang yang terinfeksi yang ditinjau dalam penelitian ini memiliki gejala yang "tidak dikenali dalam definisi medis monkeypox saat ini".
Laporan itu melanjutkan: "Gejala-gejala ini termasuk lesi genital tunggal dan luka di mulut atau anus."
"Gejala klinisnya mirip dengan infeksi menular seksual (IMS) dan dapat dengan mudah menyebabkan kesalahan diagnosis."
"Pada beberapa orang, gejala anal dan oral telah menyebabkan orang dirawat di rumah sakit untuk mengatasi rasa sakit dan kesulitan menelan."
"Inilah mengapa sangat penting bahwa gejala klinis baru ini dikenali dan profesional kesehatan dididik tentang cara mengidentifikasi dan mengelola penyakit."
"Kesalahan diagnosis dapat memperlambat deteksi dan dengan demikian menghambat upaya untuk mengendalikan penyebaran virus."
Baca juga: Jangan Lewatkan Gema Sulbar di Anjungan Pantai Manakarra pada Jumat 29 Juli 2022
Baca juga: Suka Duka, Ludi Purnama Putra Sebagai Petugas Pemadam Kebakaran: Pernah Dilempar Batu