OPINI

Nilai Ekspor Sulbar Tereduksi Hingga US$2,09 Juta, Sapu Lidi Hadir Bak 'Pelepas Dahaga'

Indikator yang dirilis ini merupakan hasil kompilasi data transaksi perdagangan, antarnegara seperti transaksi ekspor.

Editor: Ilham Mulyawan
Tribun Sulbar / Kamaruddin
Sadaria (baju merah) bersama Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar dan pihak Balai Pertanian Sulbar gunting pita pelepasan ekspor 25 ton sapu lidi ke India. Ekspor yang dilakukan Sadariah dengan perusahaan CV Coco Mandar sukses menyelematkan Sulbar dari sisi nilai ekspor 

Eka Khaerandy Oktafianto, S.ST, M.Si
Statistisi Ahli Muda di BPS Provinsi Sulawesi Barat

TRIBUN-SULBAR.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat, belum lama ini telah merilis Berita Resmi Statistik (BRS) di Sulbar.

Ada beberapa indikator yang rilis di antaranya adalah mengenai kondisi Perdagangan Luar Negeri Provinsi Sulawesi Barat.

Indikator yang dirilis ini merupakan hasil kompilasi data transaksi perdagangan, antarnegara seperti transaksi ekspor.

Data statistik ekspor merupakan data realisasi dari transaksi perdagangan yang bersumber pada dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang disahkan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC).

Dari informasi yang telah dirilis tersebut, komoditas ekspor Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Mei 2022 seluruhnya berasal dari komoditas Barang Non-Migas.

Pada bulan Mei 2022, nilai ekspor Provinsi Sulawesi Barat mencapai US$2,09 juta.

Angka ini turun 95,70 persen dibandingkan dengan bulan April 2022 yang tercatat sebesar US$48,65 juta.

Penurunanan ini disebabkan oleh menurunnya ekspor kelompok barang Non-Migas, berupa Komoditas Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS-15) seperti Olein, Stearin, PFAD, dan RPO sebesar 100 persen.

Angka nilai eskpor pada bulan ini merupakan angka terendah sepanjang tahun 2022 ini bersamaan seperti yang terjadi pada nilai ekspor bulan Februari yang tercatat sebesar US$1,86 juta.

Adanya penurunan drastis terhadap ekspor Komoditas Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS-15) tersebut diakibatkan oleh adanya pelarangan dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 22/2022 tentang larangan sementara ekspor beberapa produk hasil olahan kelapa sawit terutama pada kategori HS-15 di atas.

Sebenarnya, pemerintah sebelumnya juga telah melakukan pelarangan yang sama, namun kebijakan itu dianggap belum efektif karena di beberapa tempat masih ditemui minyak goreng curah dengan harga di atas Rp14.000,-.

Ekspor Sapu Lidi 'Pelepas Dahaga'

Nilai ekspor Provinsi Sulawesi Barat yang tersisa US$2,09 juta tersebut, terdapat beberapa komoditas di antaranya adalah ekspor komoditas sapu lidi (HS-96) dengan nilai ekpsor yang tercatat pada bulan Mei 2022 adalah sebesar US$25 ribu atau dengan berat sebesar 25 ribu ton dan ditujukan ke Negara India.

Ekspor komoditas sapu lidi ini merupakan ekspor perdana komoditas sapu lidi yang dilakukan oleh Provinsi Sulawesi Barat.

Dengan demikian, sapu lidi ini telah masuk ke dalam jajaran produk ekspor Sulawesi Barat bersama produk yang telah diekspor sebelumnya.

Ekspor sapu lidi ini seolah menjadi “pelepas dahaga” karena di tengah anjloknya ekspor sawit, ternyata Sulawesi Barat mampu menciptakan komoditas ekspor baru dan berita baiknya hal ini diinisiasi oleh Sadariah, seorang pemudi asal Polman yang mempunyai inisiatif tinggi mengekspor sapu lidi ke India.

Ekspor sapu lidi ini diluncurkan oleh Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar kala itu Bersama Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar beserta jajaran pejabat Karantina Pertanian Mamuju dan Forkopimda.

Ekspor sapu lidi ini merupakan hasil kreativitas para pemuda di Desa Sambali Wali Kecamatan Luyo yang tergabung dalam CV Coco Mandar di Kabupaten Polewali Mandar.

Saran yang Bisa Diberikan

Di tengah penurunan ekspor Provinsi Sulawesi Barat akibat ketidakstabilan ekspor komoditas hasil olahan kelapa sawit, maka sudah selayaknya pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melihat dan melirik komoditas potensial lain yang bisa dikembangkan dan diekspor.

Selama ini Provinsi Sulawesi Barat sudah mengekspor produk dari kelapa, yaitu briket, sabut kelapa, dan kopra.

Namun, kelapa juga ternyata memiliki banyak produk turunan lainnya seperti tepung kelapa, lidi, air kelapa, dll.

Hal ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri karena menurut data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Sulawesi Barat dalam buku Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka 2022, komoditas kelapa sawit ini merupakan komoditas yang memiliki luas area tanam sebesar 39.229,68 hektare, sebuah angka luas lahan yang cukup potensial untuk terus memproduksi dan mengembangkan produk turunan dari pohon kelapa sehingga ke depan bisa diekspor dan bisa menjadikan nilai tambah bagi penerimaan Provinsi Sulawesi Barat.

Biodata Penulis

Eka Khaerandy Oktafianto
Eka Khaerandy Oktafianto, S.ST, M.Si seorang Statistisi Muda Pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Barat

Nama : Eka Khaerandy Oktafianto, S.ST, M.Si
Tempat/Tanggal Lahir : Bone-Bone, 08 Oktober 1986
Pendidikan : D.IV/S1 : Jurusan Statistik Sosial dan Kependudukan. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta.
S2 : Jurusan Ilmu Ekonomi, Institute Pertanian Bogor (IPB)

Pekerjaan : Statistisi Muda Pada Badan Pusat Statistik (BPS) Prov Sulawesi Barat
: Tutor pada Universtias Terbuka (UT)
Alamat (sekarang) : BTN Andalusia Residence Blok F/3 Mamuju
No Hp/WA : 081244261166
Email : r.end0607@gmail.com
ekakhaerandy@bps.go.id

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved