Mitigasi Bencana
Sulbar Kian Rawan Bencana, Ahli Geologi Unhas Desak Pemprov Sulbar Masifkan Edukasi Mitigasi Bencana
Kabupaten yang paling merasakan dampak dominan adalah Kabupaten Majene, Mamuju, Mamuju Tengah, Pasangkayu dan Mamasa.
Penulis: Nasiha | Editor: Ilham Mulyawan
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Misbah Sabaruddin
TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Bencana saat ini rawan terjadi di Sulawesi Barat.
Longsor hingga banjir terjaid di sejumlah wilayah.
Seperti di Marano Mamuju, kemudian Jl poros Mamuju-majene,lalu banjir di Polewali Mandar hingga longsor di Mamasa.
Kabarnya, rentetan bencana ini merupakan dampak cuaca ekstrem fenomena La Nina.
Baca juga: Akses Masih Tertutup Longsor, Warga Marano Diimbau Lewat Jalan Alternatif di Desa Pamulukang
Kabupaten yang paling merasakan dampak dominan adalah Kabupaten Majene, Mamuju, Mamuju Tengah, Pasangkayu dan Mamasa.
Hal tersebut berdasarkan rilis Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Majene.
Fenomena La Nina saat ini sudah terjadi di Sulawesi Barat.
Di mana, intensitas hujan menjadi lebih tinggi atau di atas ambang normal.
Salah satu dampak tingginya intensitas hujan saat ini adalah longsor.

Sedikitnya, ada tiga kabupaten di Sulbar dilanda longsor dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Longsor Jalan Poros Polewali-Mamasa, Kendaraan Roda Empat Sudah Bisa Melintas
Diantaranya, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, dan Kabupaten Mamasa.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sulselbar yang juga merupakan Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, Musri Mawaleda mengatakan, Pemerintah Provinsi Sulbar harus segera membuat mitigasi bencana khususnya longsor.
Apalagi, daerah Sulbar banyak tebing yang berada di sepanjang jalan rawan longsor
"Saya menganjurkan kepada pemerintah agar melakukan mitigasi daerah-daerah rawan longsor. Menggandeng yang betul-betul ahli dan mengetahui kondisi geologi suatu wilayah," ujar Musri kepada Tribun-Sulbar.com, Senin (15/11/2021).
Ia menjelaskan, penyebab longsor di Sulbar dipengaruhi aspek geologi.
Meski suatu wilayah dipenuhi pohon rimbun, tapi belum tentu bisa mengantisipasi longsor.
Tidak selalu pohon yang rimbun tidak longsor, justru ada juga daerah tertentu makin lebat makin mudah longsor.
"Pada daerah-daerah yang disusun oleh batuan-batuan granit besar jika ada air masuk ke dalam dan tertahan proses pelapukan akan sangat cepat," jelasnya
Saat musim hujan, zona-zona bebatuan itu akan menjadi daerah inti vibrasi air dipermukaan sehingga akan mendorong gerakan tanah hingga longsor.
"Penghijauan juga harus melihat aspek geologi. Tidak semua tempat harus kita tanamai pohon-pohon. Ada daerah setelah ditanamai pohon malah mudah longsor. Tapi ada daerah yang ditanami pohon menjadi penahan lereng (tidak longsor)," sambungnya.

Ia menuturkan, wilayah Sulbar khususnya di Kabupaten Mamasa memang daerah batuan granit.
Untuk itu, pemerintah harus mulai menyusun mitigasi utamanya di daerah-daerah rawan longsor
"Hasil mitigasi tersebut kemudian disajikan kepada publik. Supaya publik bisa menilai. Harus ada pertanggungjawaban publik," ucapnya.
Menurutnya, mitigasi paling sederhana bagi warga ialah menghindari daerah lereng yang rawan longsor.
Terkait jalan, pemerintah minimal harus melakukan rekayasa jalan.
"Melibatkan ahli-ahli konstruksi jalan. Apakah perlu ditalud atau dibeton tapi sebelumnya harus memperhatikan aspek geologi. Perlu keseriusan dan perlu orang yang tepat," tukasnya. (*)