Makan Bergizi Gratis

Bupati Polman Samsul Mahmud Segera Tangani Masalah Pihak Sekolah Tolak Program MBG

Samsul Mahmud mengaku telah berbicara dengan Kadis Disdikbud Polman, Andi Rajab.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Nurhadi Hasbi
Jalal
MBG - Gerbang SDN 017 Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polman, Sulbar, pihak sekolah dan orang tua siswa sepakat tolak mekanisme program Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (3/9/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Bupati Polewali Mandar (Polman) Samsul Mahmud turut menanggapi soal adanya pihak sekolah dasar (SD) di Limboro menolak mekanisme progam Makan Bergizi Gratis (MBG), Kamis (4/9/2025).

Samsul Mahmud mengaku telah memerintahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Polman menyelesaikan masalah ini.

"Terkait penolakan itu, mungkin hanya masalah mis komunikasi, saya sudah perintahkan Kadis Pendidikan untuk tangani," kata Samsul Mahmud.

Baca juga: SDN 017 Polman Tolak Mekanisme MBG, Sebut Tempat Makanan Berganti-ganti Potensi Tularkan Penyakit

Baca juga: Menu MBG di Mamuju Pakai Mie Siswi Ngaku Kurang Enak Banyak Tidak Makan

Dia menjelaskan MBG merupakan program nasional, satu diantara program utama presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Tujuannya untuk kepentingan anak-anak pelajar, dalam memperbaiki gizi dan melawan stunting.

Samsul Mahmud mengaku telah berbicara dengan Kadis Disdikbud Polman, Andi Rajab.

"Agar pihak sekolah diberi pemahaman terkait program nasional ini, demi anak-anak pelajar kita," tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, Pihak SDN 017 Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) tolak mekanisme program Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (3/9/2025).

Hal itu disampaikan kepala SDN 017 Napo, Saparudin.

Saparuddin menyampaikan ada beberapa mekanisme perjanjian dalam program MBG.

Perjanjian atau Mou itu ditawarkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kepada pihak sekolah.

Saparuddin menyebut mekanisme itu ialah pendistribusian makanan, kemasannya tidak menetap di satu sekolah.

"Tempat makanan itu tidak tetap dipakai oleh satu sekolah atau tiap siswa, melainkan berganti ganti," kata Saparuddin.

"Kalau berganti-ganti itu berpotensi terhadap penularan penyakit melalui tempat makanan," lanjutnya.

Dia mengaku telah mengusulkan kepada SPPG akan hal itu, namun tidak mampu disanggupi.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved