Karyawan Hilang

Kisah Pilu dan Duka Kepergian Hijrah, Karyawan Koperasi di Pasangkayu Ditemukan Tewas Usai Menagih

Sebelum ditemukan tewas, Hijrah dilaporkan hilang kontrak oleh rekan kerjanya.

Editor: Nurhadi Hasbi
Taufan
MAYAT KARYAWAN- Karyawan koperasi PNM BUMN ditemukan tewas tak wajar di dalam kebun kelapa miliki warga di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu (20/9/2025) pagi. 

TRIBUN-SULBAR.COM, PASANGKAYU - Kisah pilu Hijrah, karyawan koperasi di Kabupaten Pasangkayu, Sulbar, ditemukan tak bernyawa.

Kondisinya mengenaskan. 
Jasadnya ditemukan di kebun kelapa.

Kondisi tubuhnya tinggal pakaian dalam.

Baju kerjanya berlogo jasa keuangan milik BUMN terlilit di lehernya.

Sebelum ditemukan tewas, Hijrah dilaporkan hilang kontrak oleh rekan kerjanya.

Baca juga: Pelaku Pembunuhan Karyawan Koperasi di Pasangkayu Belum Terungkap

Sehari setelah dinyatakan hilang kontak, Hijrah ditemukan tak bernyawa.

Lokasi penemuan di Dusun Tanga-tanga, Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Sabtu (20/9/2025).

Lokasi itu tak jauh atau masih satu desa dengan tempat dia menagih di rumah salah seorang nasabah.

Kepergian Hijrah secara tak wajar, meninggalkan duka mendalam.

Rupanya, ia adalah tulang punggung bagi keluarga.

Selama ini, ia hidup bersama neneknya di Desa Maponu, Sarjo.

Dia tinggal bersama neneknya karena ayah dan ibunya sudah lama cerai.

Menurut penuturan sepupunya, Fini, Hijrah dikenal sebagai cucu penuh tanggung jawab.

Meski harus bekerja di koperasi, ia tetap menyempatkan diri merawat neneknya yang menderita pikun dan tak lagi mampu bangun dari tempat tidur. 

“Dia itu anak baik, selama ini neneknya sakit-sakitan dirawat sama Hijrah," ucapnya.

Namun, sejak kerja di PNM, Hijrah hanya bisa pulang hari Minggu dan malam Senin.

Sisanya, ia sibuk bekerja untuk menghidupi diri dan membantu neneknya.

Namun, malang tak dapat ditolak. 

Nenek Hijrah tidak mengetahui sama sekali tragedi yang menimpa cucunya itu, lantaran kondisi pikun yang semakin parah.

Hingga kini, perempuan tua itu masih terbaring lemah di rumah tanpa menyadari cucu yang selama ini setia merawatnya telah pergi untuk selamanya.

Sementara itu, ibu Hijrah yang tinggal di Pantai Timur, Sulawesi Tengah, langsung bergegas pulang ke Desa Maponu setelah mendengar kabar duka tersebut.

Tangis pecah begitu ia tiba di rumah duka, mendapati kenyataan pahit kehilangan putri kandungnya dalam kondisi tragis. 

Kabar kematian Hijrah bukan hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga.

Juga menjadi pukulan berat bagi rekan-rekan kerjanya.

Sosoknya dikenal sederhana, pendiam, dan jarang menolak ketika diminta bantuan.

Kini, Desa Maponu diselimuti duka. 

Warga berdatangan untuk melayat dan memberikan doa terakhir bagi Hijrah, gadis muda yang pergi terlalu cepat dengan kisah hidup yang penuh pengorbanan dan ketabahan.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved