Berita Mamasa

Spanduk Penolakan TPA Salurano Malabo Membentang di Pinggir Jalan

Menurut Reynal, lokasi TPA yang direncanakan terlalu dekat dengan permukiman penduduk.

Penulis: Hamsah Sabir | Editor: Nurhadi Hasbi
Hamsah Sabir/Tribun-Sulbar.com
TOLAK TPA - Spanduk penolakan TPA membentang di Poros Mamasa–Polewali, tepat di jalan menuju TPA Salurano, Kecamatan Tandukkalua. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMASA – Rencana pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Salurano, Kecamatan Tandukkalua, Kabupaten Mamasa, mendapat penolakan dari kalangan pemuda.

Saat ini, spanduk bertuliskan "Aliansi Tandukkalua Menolak Keras Pembangunan TPA" membentang di pinggir jalan menuju lokasi TPA.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, Sabtu (13/9/2025), spanduk berwarna putih bertuliskan tinta merah itu tampak masih terpasang kuat di Jl. Poros Mamasa–Polewali, Desa Malabo, Kecamatan Tandukkalua, Kabupaten Mamasa.

Baca juga: Aktivis GMNI Mamasa Tagih Janji Bupati Welem Soal Penanganan TPA, Desak Warga Juga Diberi Kompensasi

Baca juga: Diduga Oknum ASN Mamasa Ngamuk di TPA Salubue, Ngaku Pendukung Bupati

Salah satu pemuda, Reynal Mesa Karaeng, mengatakan pemasangan spanduk itu sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat.

Menurut Reynal, lokasi TPA yang direncanakan terlalu dekat dengan permukiman penduduk.

Ia khawatir, keberadaan TPA akan menimbulkan dampak serius bagi kesehatan dan kenyamanan warga.

“Kami menolak keras keberadaan TPA ini. Penempatannya terlalu dekat dengan rumah-rumah warga," ujar Reynal kepada Tribun-Sulbar.com.

Reynal menyebut, pembangunan TPA di Salurano dikhawatirkan menimbulkan berbagai masalah.

Mulai dari gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan, hingga bau tidak sedap yang bisa mengganggu aktivitas masyarakat.

Ia juga mengaku, warga tidak pernah diajak berdiskusi secara terbuka terkait rencana pembangunan tersebut.

“Kami menilai keputusan ini sepihak. Warga seolah tidak dilibatkan," ujarnya.

Penolakan tidak hanya datang dari kalangan pemuda, tetapi juga dari berbagai elemen masyarakat lainnya.

Reynal menambahkan, kekhawatiran semakin besar karena mayoritas warga Salurano menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan.

"Ini tentu sangat bergantung pada kualitas lingkungan," pungkasnya.(*)

Laporan Reporter Tribun-Sulbar.com, Hamsah Sabir

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved