Mamuju

Pedagang Bambu di Mamuju Raup Cuan Jelang HUT RI ke 80 Tahun

Penulis: Andika Firdaus
Editor: Abd Rahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENJUAL MUSIMAN - Bambu musiman mulai bermunculan di Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Kelurahan Simboro, Kabupaten Mamuju, Jumat (8/8/2025).Memasuki bulan Agustus, penjual bendera dan pernak-pernik peringatan hari kemerdakaan Republik Indonesia (RI) mulai bermunculan, tak terkecuali penjual bambu untuk tiang bendera. Pernak pernik dan bambu ini mulai laris manis diserbu warga Mamuju.

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Memasuki bulan Agustus, penjual bendera dan pernak-pernik peringatan hari kemerdakaan Republik Indonesia (RI) mulai bermunculan, tak terkecuali penjual bambu untuk tiang bendera.

Pernak pernik dan bambu ini mulai laris manis diserbu warga Mamuju.

Pedagang bambu musiman ini berada dibeberapa titik di wilayah Kota Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Baca juga: Motor Dicuri 3 Remaja di Mamuju Tengah Tidak Dijual Tapi Dipakai Sehari-hari

Baca juga: 1.900 ASN Mamuju Tengah Daftar Tanda Tangan Elektronik, Antrean Mengular di Kantor Diskominfo

Seperti halnya Ilham, ia menjajakan bambu di Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Kelurahan Simboro, tidak jauh dari kantor Pemprov Sulbar.

Bambu dijual Ilham sudah dirapikan  dan dibersihkan, sehingga pembeli bisa langsung memasang bendera.

Pria berusia 42 tahun ini mengaku, berjualan bambu sudah delapan tahun, setiap memasuki bulan kemerdekaan Indonesia.

"Setiap Agustus pasti saya jualan bambu," kata ayah delapan anak ini kepada wartawan Tribun-Sulbar.com, Jumat (8/8/2025).

Ilham membeli bambu dari perkebunan di lingkungan Alla-alla, Kelurahan Rangas, seharga Rp5 ribu per batang.

Kemudian dijual seharga Rp10 ribu per batang. Ilham meraup untung Rp5 ribu dari satu batang bambu.

"Sehari bisa laku lima sampai sepuluh batang," ungkapnya.

Dari penjualan tersebut, Ilham bisa mengantongi keuntungan kotor hingga Rp50 ribu per hari. 

Namun, ia tidak menampik bahwa pendapatannya tidak menentu. 

"Ya, itu pun kalau ada yang beli. Tapi kalau tidak ada, ya kita bersyukur," katanya.

Ilham juga berbagi cerita tentang sulitnya proses pengambilan bambu yang harus dipikul dari perkebunan dan dibawa ke kota Mamuju untuk dijual. 

"Dari dalam (kebun) itu kita pikul sampai keluar, nanti bisa di lewati kendaraan baru di muat pakai mobil atau motor,"ucapnya.

Meski begitu, ia tetap semangat menjalani tradisi musiman ini demi menyemarakkan perayaan kemerdekaan.

"Apalagi kebutuhan di rumah juga mendesak, jadi apa saja dikerja yang penting halal,"terangnya. (*)

Laporan wartawan Tribun Sulbar Andika Firdaus