TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Stikes Bina Bangsa Majene (BBM) angkat bicara terkait skorsing mahasiswi diketahui bernama Sri menyebabkan demo anarkis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Majene.
Ketua Stikes BBM, Yuliana, menegaskan keputusan kampus ini diambil berdasarkan pelanggaran berulang sudah tidak bisa ditoleransi.
Menurut Yuliana, Sri sebenarnya telah berkali-kali dibantu dan dibela oleh pihak kampus setiap kali melakukan kesalahan.
Baca juga: Demo Jilid II HMI Majene di Stikes BBM Kembali Bentrok, Seorang Mahasiswa Alami Luka di Kepala
Baca juga: Ulah Satu Orang Mahasiswi Bernama Sri Penyebab Demo HMI Majene Berujung Anarkis di Stikes BBM
Namun, setelah diberikan berbagai kesempatan, ia kembali melakukan pelanggaran yang dianggap semakin di luar batas.
Bahkan pelanggarannya dinilai telah mencoreng disiplin kampus.
Pelanggaran pertama, ia terlibat pertengkaran dengan teman sekampus hingga melontarkan kata-kata kasar, sampai memicu orangtua korban datang.
Namun itu didamaikan oleh pihak kampus, karena tak ingin Sri dalam masalah besar.
Akhirnya pihak kampus memberikan peringatan tertulis dan meminta Sri menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Namun, beberapa bulan kemudian, kejadian serupa kembali terulang.
Kali ini, dalam sebuah pertemuan kampus, seorang dosen yang berusaha melerai justru mendapat kata-kata tidak pantas dari Sri.
Karena pelanggaran terjadi secara berulang, pihak kampus menggelar rapat bersama para dosen dan pimpinan.
Hasilnya, diputuskan Sri dijatuhi skorsing selama satu semester sebagai konsekuensi atas tindakannya.
"Kami sudah memberi banyak kesempatan dan memaafkan berkali-kali. Tapi kalau tetap diulangi, dan kampus punya aturan yang harus ditegakkan," tegas Yuliana kepada wartawan, saat dikonfirmasi di Stikes BBM, Jumat (14/3/2025).
Keputusan skorsing ini kemudian memicu aksi demonstrasi oleh HMI Cabang Majene di depan Stikes BBM selama dua hari berturut-turut.
Massa aksi menilai skorsing ini tidak adil dan menuntut penjelasan dari pihak kampus.
Demonstrasi bahkan sempat memanas hingga terjadi aksi bakar ban, bentrokan, dan dugaan pengrusakan bendera HMI, semakin memperkeruh suasana.
Namun, setelah klarifikasi dari pihak kampus, situasi mulai mereda.
Dengan penjelasan ini, Stikes BBM berharap semua pihak memahami bahwa skorsing bukanlah bentuk ketidakadilan, melainkan konsekuensi atas pelanggaran yang terus berulang.
Pihak kampus berharap keputusan ini menjadi pembelajaran bagi mahasiswa lainnya bahwa kesempatan tidak bisa disia-siakan.
Setiap mahasiswa memiliki hak belajar, tetapi juga kewajiban untuk menjaga disiplin dan etika di lingkungan akademik.
Dengan klarifikasi ini, Stikes BBM menegaskan bahwa skorsing bukan tindakan sepihak, melainkan konsekuensi dari kesalahan yang terus berulang.(*)
Laporan wartawan Tribun Sulbar.com Anwar Wahab