TRIBUN-SULBAR.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menghadapi sejumlah konsekuensi akibat polemik aturan penjualan elpiji 3 kg.
Bahlil sempat disemprot seorang warga yang merasa dirugikan akibat adanya kelangkaan gas, Selasa (4/2/2025).
Ia juga ditelepon dua kali oleh Presiden Prabowo Subianto dan diminta menghadap ke Istana usai kebijakan baru yang melarang pengecer menjual elpiji 3 kg dibatalkan kepala negara.
Selain itu, DPR RI berencana kembali memanggil Bahlil untuk meminta klarifikasi buntut adanya kegaduhan di masyarakat akibat aturan tersebut.
1. Jadi Sasaran Kemarahan Warga
Sebagai informasi Pada Jumat (31/1/2025) lalu, Kementerian ESDM menyatakan penjualan elpiji 3 kg melalui pengecer tidak akan diperbolehkan lagi mulai 1 Februari 2025.
Wamen ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, pengecer yang ingin tetap menjual elpiji subsidi harus terdaftar sebagai pangkalan atau subpenyalur resmi Pertamina.
Usai kebijakan diberlakukan, kekacauan pun terjadi. Antrean dan kelangkaan gas elpiji subsidi terjadi di sana-sini.
Bahkan, ada ibu-ibu lansia asal Pamulang, Tangerang Selatan yang meninggal karena diduga kelelahan usai mengantre LPG 3 kg.
Baca juga: Antre Beli Gas 3 Kg, Lansia Pemilik Warung di Pamulang Tewas, Ucap Allahuakbar sebelum Pingsan
Bahlil pun mencoba mendatangi antrean di Pangkalan Gas LPG 3 kg di Kota Tangerang, Banten pada Selasa (4/2/2025) kemarin.
Walhasil, Bahlil menjadi 'bulan-bulanan' warga yang marah karena mengantre gas elpiji subsidi.
Salah satu warga, Effendi, meluapkan emosinya karena merasa kebijakan pemerintah semakin menyulitkan rakyat kecil.
Dengan raut wajah penuh amarah, ia maju ke depan.
Mengenakan kemeja panjang bermotif garis biru dan topi rimba hijau tua, pria tersebut langsung meluapkan emosinya kepada Bahlil.
"Saya sekarang lagi masak, Pak, saya tinggal demi antre gas doang," ujar Effendi di hadapan Bahlil.