Opini
Stunting Intelektual
Nabi sebagai tokoh sentral tampil sebagai pembawa obor untuk menerangi kegelapan yang melanda kota Makkah pada waktu itu.
Oleh: Ilham Sopu
Dalam kesehatan stunting itu diartikan anak yang gagal tumbuh diakibatkan kurang gizi, sehingga ia mengalami gagal pertumbuhan secara normal.
Stunting lebih terkait dengan keadaan fisik seorang anak, yang mengalami keadaan yang tidak normal, dan itu akan berpengaruh terhadap masa depan anak tersebut.
Dari kondisi tubuh yang tidak normal, itu merembes ke mental dan pemikiran anak tersebut ke depan.
Mulai dari stunting secara fisik sejak kecil dan akan mengalami stunting secara intelektual setelah remaja dan dewasa.
Dalam ajaran agama sejak dari awal kehadirannya sudah mendemonstrasikan tatanan yang kuat agar umat manusia terlepas dari kebodohan secara intelektual.
Nabi sebagai tokoh sentral tampil sebagai pembawa obor untuk menerangi kegelapan yang melanda kota Makkah pada waktu itu.
Nabi menyendiri ke goa untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi yang solutif untuk dapat merubah masyarakat Makkah yang pada waktu itu bergelimang dengan penyembahan terhadap berhala, atau masyarakat politeisme.
Setelah lama bolak-balik ke gua hira, akhirnya Nabi mendapatkan inspirasi lewat Jibril yang diutus Tuhan, Jibril membawa misi dari Tuhan, suatu misi yang dititipkan Tuhan lewat Jibril untuk disampaikan kepada Muhammad saw, titipan itu adalah modal peradaban yang sangat besar yang akan merubah masyarakat Makkah yang politeistik ke masyarakat yang monoteistik, atau masyarakat yang berperadaban unggul dan monoteis.
Peradaban yang disampaikan oleh Jibril, adalah peradaban "membaca", Jibril memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca, suatu perintah yang sangat tegas karena diulangi berkali-kali, sehingga Muhammad dapat menerima dengan baik perintah tersebut, itu adalah awal peradaban yang akan merubah masyarakat arab pada waktu dan dunia secara keseluruhan.
Masyarakat sebelum datangnya Muhammad saw, mengalami suatu stagnasi intelektual atau stunting intelektual, masyarakat yang dikenal sebagai masyarakat jahiliah, suatu masyarakat yang mines secara intelektual dan bodoh secara spritual.
Kejahiliaan pada waktu itu adalah suatu bentuk kejahiliaan yang murakkab, yakni jahiliah secara intelektual dan jahiliah secara spritual.
Kegelapan peradaban akan melahirkan suatu kehidupan stagnan terhadap perubahan, terjadi pembodohon secara massif, betul-betul terjadi stunting secara intelektual dan spritual.
Masyarakat terwarisi secara turun temurun, yang terwariskan dari nenek moyang mereka, yang mempertahankan status quo, suatu bentuk kedunguan, atau kebodohan secara struktur.
Itulah gambaran yang terjadi pada masyarakat jahiliah, mereka mempertahankan kebodohan yang mereka tidak menyadari, suatu bentuk peradaban yang tidak terilhami dari sinar peradaban keilahian atau ketauhidan, karena betul-betul masyarakat pada waktu itu sudah terkontaminasi dengan kemusyrikan yang sudah sangat masif.
Di tengah terjadinya stunting intelektual dan spritual yang dialami masyarakat Makkah pada waktu itu, Tuhan melalui Jibril mengirim Muhammad Saw sebagai penyelamat, hadir untuk membebaskan masyarakat yang sudah buta intelektual dan spritual, Muhammad dengan suntikan Jibril mengkampanyekan "peradaban baca", sebagai awal dalam menciptakan peradaban yang unggul.
Penyakit masyarakat jahiliah yang miskin peradaban atau mengalami stunting Intelektual dan spritual, itu akan muncul di setiap zaman, ditengah kemajuan tekhnologi saat ini, disatu satu sisi ada dampak positif yang kita rasakan, tetapi juga sangat merasakan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Di zaman modern sekarang yang di tandai dengan "instanisasi" dari segala sudut kehidupan sangat nampak didepan kita, penyakit ini sedang menggorogoti sudut-sudut peradaban manusia modern saat ini, semuanya serba instan, seperti indomie, hanya ditumpa air panas, sudah siap untuk dinikmati.
Kehadiran gadget itu lebih banyak kita nikmati dari segi praktisnya, nonton yang singkat-singkat, membaca yang praktis, menulis status yang singkat-singkat, tidak ada lagi kekuatan untuk membaca yang panjang, menulis pun demikian, kita tidak punya gairah atau tidak punya kekuatan lagi untuk membaca apalagi menulis.
Kita hanya mampu menikmati gadget atau hp hanya sekedar hiburan yang tidak menambah daya intelektual kita.
Peradaban sekarang ini akan melahirkan manusia-manusia yang mengalami kekosongan intelektual yang tidak mampu memberikan lagi penalaran, tidak mampu lagi memberikan respon jitu terhadap perkembangan, kita akan mengalami kembali stunting intelektual dan spritual sebagaimana yang dialami masyarakat Makkah pada zaman jahiliah.
Solusi dalam menghadapi zaman yang tidak pasti ini, mesti kita menggalakkan kembali, metode yang diperkenalkan oleh Jibril kepada Muhammad Saw, yaitu metode "iqra". iqra, iqra, dan iqra, sebagaimana yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad yang disampaikan beberapa kali.
Memulai kembali peradaban yang unggul, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi adalah dengan memassifkan kembali pesan Jibril kepada Muhammad saw.
Kita menginstal diri kita supaya selalu termotivasi untuk selalu kuat membaca sebagai modal untuk menciptakan peradaban yang unggul.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.