Majene

Kerap Dijadikan Tempat Mesum & Buang Sampah Sembarangan, Bukit Sigitung Majene Ditutup Warga

Kegiatan itu dianggap tidak menghormati alam dan tidak menghargai masyarakat sekitar yang berada di tinggal di kaki gunung Sigitung

Penulis: Anwar Wahab | Editor: Abd Rahman
Istimewa
BUKIT - Penampakan baliho imbauan larangan ke Sigitung lewat jalur Baruga Dhua, di Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar Senin (16/6/2025). (Foto/Lurah Baruga Dhua). Warga menyebut, sejak Bukit Sigitung viral di media sosial, jumlah pengunjung meningkat tajam. Sayangnya, tak sedikit dari mereka datang tanpa etika dan tanggung jawab. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE  - Bukit Sigitung di Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), terpaksa ditutup oleh warga dan pemerintah setempat.

Hal itu dilakukan, karena belakangan sebagian pengunjung atau pendaki di bukit Sigitung ini diduga melakukan perbuatan yang tidak pantas di alam.

Sejumlah pengunjung kerap membuang sampah sembarangan dan dijadikan tempat untuk berpacaran dengan pasangan belum menikah.

Kegiatan itu dianggap tidak menghormati alam dan tidak menghargai masyarakat sekitar yang berada di tinggal di kaki gunung Sigitung.

Baca juga: Pemkab Pasangkayu Cari Lahan Seluas 7,8 Hektar untuk Bangun Sekolah Rakyat

Baca juga: Tunggu Instruksi,Satpol PP Mamuju Siap Bongkar Lapak PKL Menjamur di Bahu Jalan Kawasan Pasar Baru

Masyarakat setempat merasa khawatir, jika hal itu terus dibiarkan maka bisa membuat murka dan mendatangkan bencana menurut kepercayaan warga setempat.

Lurah Baruga Dhua, Suhaeni menyampaikan bahwa dibalik penutup itu, tersimpan keyakinan kuat dari warga lokal, alam bukan sekadar ruang fisik, tetapi memiliki ruh dan kehendaknya sendiri.

‎Bagi mereka, perilaku tak pantas di tempat yang masih dianggap keramat dapat memicu bencana, termasuk gagal panen dan kekeringan.

‎"Di sana itu jalan kebun, bukan tempat berpacaran atau buang sampah sembarangan," ujar Lurah Baruga Dhua, Suhaeni, saat ditemui di kantornya Rabu (2/7/2025).

‎Ia menegaskan, warga telah lama meyakini bahwa perbuatan tak senonoh di area pertanian dapat mengundang murka alam.

‎Warga menyebut, sejak Bukit Sigitung viral di media sosial, jumlah pengunjung meningkat tajam. Sayangnya, tak sedikit dari mereka datang tanpa etika dan tanggung jawab.

‎Keluhan paling serius datang dari para petani bawang, yang mengaku lahan mereka rusak akibat sampah berserakan dan sisa makanan yang diseret anjing liar.

‎"Lebih parah lagi, ditemukan bekas obat kuat dan kondom. Ini sangat memalukan. Tanah tempat kami mencari nafkah jadi kotor dan rusak," imbuh Suhaeni.

‎Bagi warga Baruga Dhua, hal semacam itu bukan hanya soal kebersihan, tapi menyentuh ranah kepercayaan yang sudah mengakar turun-temurun.

‎Mereka percaya, jika kesucian tanah dirusak, maka balasannya akan langsung terasa, hasil tani berkurang, hujan enggan turun, dan penyakit bisa mewabah.

Parkiran motor - Sejumlah motor terparkir di Bukit Sigitung, Kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar. Lurah setempat menegaskan area ini bukan tempat wisata melainkan kebnun milik warga
Parkiran motor - Sejumlah motor terparkir di Bukit Sigitung, Kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar. Lurah setempat menegaskan area ini bukan tempat wisata melainkan kebnun milik warga (Tangkapan layar)

‎Penutupan akses dan pemasangan imbauan bukanlah langkah sepihak. Keputusan itu diambil setelah musyawarah bersama antara warga, tokoh masyarakat, aparat desa, dan Bhabinkamtibmas. 

‎Semua sepakat untuk menjaga Bukit Sigitung dari tangan-tangan yang tak menghormati nilai lokal.

‎"Kami tidak anti-wisata. Tapi kalau memang mau dijadikan objek wisata, harus ada aturan, pengelolaan yang jelas, dan harus melibatkan warga. Jangan biarkan tempat itu dijamah secara liar. Kami takut alam marah," tutup Suhaeni.

‎Masyarakat berharap pemerintah daerah maupun pelaku pariwisata lebih bijak dalam merancang pengembangan wisata yang berpijak pada nilai-nilai budaya dan kepercayaan lokal. 

‎Sebab, bagi mereka, alam bukan sekadar lanskap  ia juga penjaga keseimbangan hidup.(*)

‎Laporan wartawan Tribun Sulbar.com Anwar Wahab

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved