Berita Mamasa

Dari Gerobak Sewa Jadi Warung Sendiri: Kisah Sukses Bakso Solo di Jantung Mamasa Tak Pernah Sepi

Suparman, sang pemilik, mengungkapkan rasa syukurnya atas ramainya pelanggan sejak awal ia membuka usaha di lokasi tersebut.

Penulis: Hamsah Sabir | Editor: Nurhadi Hasbi
Hamsah Sabir/Tribun-Sulbar.com
WARUNG BAKSO - Warung Bakso Solo milik Suparman di Jalan poros Mamuju - Mamasa, tepat di Depan Masjid Raya Mambi, Kelurahan Mambi Kabupaten Mamasa. Warung ini tak pernah sepi pengunjung setiap harinya. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMASA - Aroma gurih kuah dan daging bakso Solo milik Suparman tak pernah absen menyapa para pelintas Jalan Poros Mamuju - Mamasa.

Berlokasi tepat di depan Masjid Raya Mambi, Kelurahan Mambi, Kabupaten Mamasa, warung sederhana ini selalu dipadati pengunjung dari berbagai penjuru.

Pantauan Tribun-Sulbar.com pada Jumat (25/4/2025) memperlihatkan silih bergantinya pembeli yang datang.

Baca juga: Akses Jalan Provinsi di Kabupaten Mamasa Kian Memburuk, Warga Minta Perhatian Pemerintah

Baca juga: Kejari Mamasa Serahkan Aset Daerah Berupa Uang Rp 424 Juta dan Kendaraan ke Pemkab

Mereka rela menempuh perjalanan jauh maupun sekadar berjalan kaki dari sekitar Mambi demi semangkuk bakso yang terkenal kelezatannya ini.

Harga yang ditawarkan pun ramah di kantong, mulai dari Rp 12 ribu untuk bakso biasa hingga Rp 17 ribu untuk bakso jumbo berisi telur yang menggugah selera.

Suparman, sang pemilik, mengungkapkan rasa syukurnya atas ramainya pelanggan sejak awal ia membuka usaha di lokasi tersebut.

"Ya, syukur Alhamdulillah, Mas. Pengunjung selalu ada," ujar pria paruh baya kelahiran Solo, Jawa Tengah, saat ditemui di warung baksonya.

Sebelum dikenal dengan bakso Solonya, Suparman ternyata akrab disapa warga Mambi dengan panggilan "Mas Pangsit".

Usut punya usut, ia mengawali perantauannya ke Mambi pada tahun 2005 dengan berjualan pangsit.

"Dulu memang saya jualan pangsit, makanya dipanggil Mas Pangsit. Tapi nama asli saya Suparman," kenangnya sambil tersenyum.

Awalnya, Suparman berjualan di sekitar pasar Mambi, yang kini telah menjadi lokasi berdirinya Masjid Raya Mambi.

Seiring pembangunan masjid, ia kemudian menyewa tempat di samping lokasi warungnya saat ini.

Kerja keras dan kegigihan membuahkan hasil.

Tak lama berselang, Suparman berhasil membangun warung permanen yang kini menjadi sumber rezekinya.

"Dulu saya cuma bisa menyewa di samping, tapi Alhamdulillah sekarang sudah punya bangunan sendiri, Mas," katanya sambil menunjuk bangunan bekas sewanya.

Saat ditanya mengenai omzet harian atau bulanan, Suparman memilih untuk tidak mengungkapkan angka pasti.

"Tidak menentu, Mas. Tergantung ramainya pembeli," jawabnya singkat.(*)

Laporan Reporter Tribun-Sulbar.com, Hamsah Sabir

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved