Pasien Terlantar

Penjelasan Dinas Kesehatan Majene Soal Dugaan Pasien Terlantar di Puskesmas Lembang

Menurutnya, kondisi kritis pasien membuat keluarga panik dan tak sabar menunggu proses rujukan selesai.

Editor: Munawwarah Ahmad
Anwar Wahab/Tribun-Sulbar.com
DUGAAN PENELANTARAN PASIEN - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, dr. Rahmat Malik saat ditemui Tribun Sulbar.com di kantornya, Senin (7/4/2025). Dia mengatakan, isu penelantaran pasien tidak benar. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Beredar kabar pasien di Puskesmas Lembang Kabupaten Majene terlantar.

Puskesmas berada di Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) ini diduga menelantarkan pasien. 

Atas laporan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Majene memberi klarifikasinya. 

Baca juga: Sudah Sering, Pemilik Kebun Sawit di Mamuju Tengah Enggan Lapor Polisi Buah Kelapa Sawitnya Dicuri

Baca juga: GMNI Sulbar Minta Pemprov Sulbar Tidak Pilih Kasih Perbaikan Jalan, Tapalang Juga Butuh

Kepala Dinkes Majene, dr Rahmat, klarifikasi terkait keluhan warga mengenai pelayanan di Puskesmas Lembang, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar. 

Isu ini mencuat setelah seorang pasien dalam kondisi kritis disebut-sebut dirujuk ke RSUD Majene menggunakan mobil pick-up, bukan ambulans pertengahan bulan lalu. 

dr Rahmat menegaskan, berdasarkan penjelasan dari Kepala Puskesmas Banggae Timur, dr Surijanti Jaddu, pihak puskesmas tidak pernah menelantarkan pasien. 

Ia menjelaskan bahwa prosedur penggunaan ambulans harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku, yakni melalui sistem rujukan elektronik atau Sirut, yang membutuhkan waktu verifikasi dan pendataan.

“Pasien memang dalam kondisi gawat berdasarkan hasil pemeriksaan. Namun, saat akan dirujuk, pihak puskesmas masih dalam proses pendataan pasien. Sesuai SOP, ambulans hanya bisa digunakan setelah melalui sistem Sirut,” terang dr. Rahmat saat dikonfirmasi Tribun Sulbar.com via telepon Senin (7/4/2025). 

Menurutnya, kondisi kritis pasien membuat keluarga panik dan tak sabar menunggu proses rujukan selesai.

 Akhirnya, mereka memutuskan untuk membawa pasien sendiri menggunakan kendaraan pribadi yang kebetulan berupa mobil pick-up.

 “Ini murni miskomunikasi. Puskesmas tidak berniat menunda pelayanan, tapi semua harus mengikuti prosedur. Jika langsung dibawa tanpa data lengkap, bisa terjadi penumpukan dan keterlambatan penanganan di RSUD,” jelasnya.

Dr. Rahmat juga menyebutkan bahwa kejadian serupa bukan kali pertama terjadi. Beberapa kali, keluarga pasien memilih membawa sendiri karena merasa proses rujukan terlalu lama.

“Kami memahami kepanikan keluarga, tapi prosedur ini penting demi keselamatan dan kelancaran layanan lanjutan di rumah sakit. Kami akan evaluasi kembali sistem komunikasi di puskesmas agar kasus seperti ini tidak terulang,” tutupnya.(*)

Laporan wartawan Tribun Sulbar.com Anwar Wahab

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved