Berita Polman

Mengenal Kisah 3 Pejuang dari Anreapi Polman, Patungnya Berdiri di Taman Bambu Runcing

Tiga patung memegang bambu runcing sebagai senjata merupakan simbol  keberanian melawan penjajah.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun Sulbar / Fahrun Ramli
Tiga patung pejuang tak terawat nampak mengalami kerusakan di Taman Bambu Runcing di Jl Muh Yamin, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali, Polman, Kamis (9/1/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Mengenal sosok tiga pejuang dari Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), Senin (13/1/2025).

Sejarah tiga pejuang melawan penjajahan Belanda ini diabadikan lewat monumen patung di Taman Bambu Runcing.

Taman ini berada di Jl Muh Yamin, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali, Polman.

Baca juga: Besok Sekwan DPRD Sulbar Hamzih Dilantik Sebagai Pj Bupati Polman Gantikan Ilham Borahima

Tiga patung memegang bambu runcing sebagai senjata merupakan simbol  keberanian melawan penjajah.

Patung tiga pejuang ini merupakan ayah dan dua anaknya, bernama Tarrua, Sampeani dan Lira.

Mereka warga Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi, ketiga nama itu juga dijadikan sebagai nama jalan di Polewali.

Kini patung ketiga pejuang ini tak terawat bahkan sudah rusak, dibangun tahun 1967 silam.

Kepala Desa Kelapa Dua, Masdar menyebut tiga pejuang ini memimpin perlawan melawan penjajah Belanda. 

"Mereka sebenarnya ini adalah salah satu tokoh, tiga dalam rumah tangga ini atas nama Tarrua bapak, Sampeani dan juga Lira anak. Mereka inilah yang memimpin pergerakan melawan Belanda," terang Masdar kepada wartawan.

Masdar menuturkan, ketiga pejuang tersebut gugur dalam pertempuran sengit melawan penjajah sekitar Oktober 1946.

Markas yang menjadi tempat persembunyian mereka diserang setelah lokasinya dibocorkan seorang penghianat.

Mereka sempat menjadi incaran para penjajah Belanda saat itu, lantaran terus membuat gerakan perlawanan.

“Tidak bisa dipungkiri dalam satu wilayah pada masanya, selalu ada nama nya musuh dalam selimut, Inilah yang membocorkan rahasia perlawanan mereka, bahwa ada markas yang perlu digempur di sana," terangnya.

Menurut Masdar, jenazah ketiga pejuang itu dimakamkan dalam satu liang lahat tidak jauh dari kawasan air terjun Parengnge.

Barulah pada sekira tahun 1967, makam mereka dipindahkan dan dibuatkan monumen di dekat pemukiman warga.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved