Wawancara Khusus

Wawancara Khusus SDK: Unggul QC Pilgub Sulbar Belajar dari Kesalahan Hingga Didoakan Anak Pesantren

Wawancara khusus dengan Suhardi Duka dilaksanakan di kediaman prubadinya di Jl Husni THamrin, Kelurahan Binanga, Kabupaten mamuju, Sulawesi Barat

Penulis: Suandi | Editor: Ilham Mulyawan
suandi
Suhardi Duka saat wawancara khusus dengan Tribun Sulbar, Senin (2/12/2024 

Jadi, kalau kita ingin kaji bendungan itu ingin kita lanjutkan, triliunan biayanya harus ada sawah. Di mana sawahnya, ya kita harus lihat. Begini, katakanlah di kawasan Mamuju Tengah dan Pasangkayu potensi persawahannya cukup baik.

Hanya saja, mereka sudah duluan kulturnya sudah sawit, perkebunan dan harga sawit sekarang bagus. Jadi untuk mengganti sawit ke sawah, pertama budayanya mereka sudah terbiasa dengan sawit kemudian juga nilai ekonomisnya sawit juga bagus, jadi akan sulit. 

Nah, olehnya itu membuka sawah baru memang jangan bersentuhan atau mengganti tanaman ekonomis yang lain. Jadi harus yang baru betul itu yang kita lakukan.

Host: Terkait Sulbar yang terdapat banyak kawasan hutan lindung, itu nanti bagaimana ?

Suhardi Duka: Hutan lindung harus kita lindungi, tapi kan keseimbangan di Sulbar ini masih sangat seimbang. Kalau Sulbar ini, kawasan hutannya dengan kawasan pemukimnya itu masih luas kawasan hutan. Jadi, tidak sulit untuk melepaskan kawasan itu untuk kepentingan pangan.

Host: Swasembada Pangan seperti itu, ya ketahanan pangan.

Suhardi Duka: Kalau Sulbar sudah 

Host: Ini saya pernah berbincang dengan Pj Gubernur Sulbar Prof Zudan mengatakan, Sulbar ini punya empat masalah sosial yang sangat mendesak untuk dibenahi. Pertama, kemiskinan, angka putus sekolah, pernikahan dini, dan stunting. Bagaimana untuk mengatasi ini?

Suhardi Duka: Saya sependapat dengan Prof Zudan itu, angka itu benar, kita miskin hampir 12 persen. Kemudian putus sekolah juga sangat tinggi. Anak Tidak Sekolah (ATS) di Sulbar itu tinggi sekali. Ini harus diintervensi, tidak bisa dibiarkan. Cara mengintervensinya juga harus tepat. Jantungnya yang harus kita perbaiki. 

Katakanlah untuk mengatasi stunting, perbaiki stunting, tidak rapat-rapat di hotel. Perbaiki posyandu, karena menjaringnya ibu hamil di situ, menjaringnya anak kurang gizi di situ. Kalau posyandu bagus, cepat terdeteksi. 

Bagaimana cara posyandu bagus? Ya, kader-kadernya latih dan perbaiki. Bagaimana bagus kalau kadernya dikasi insentif Rp75 ribu - Rp 100 ribu, siapa yang mau. Oleh sebab itu, kasi insentif, pelatihan.

Kemudian perkawinan dini. Ini terjadi pertama karena kultur orang merasa kalau anak ku usia 16 tahu belum menikah jangan sampai tidak kawin. Jadi, pendekatan agama juga penting bahwa jodoh itu tidak akan ke mana. 

Kemudian, kemiskinan saya kira cara mengatasinya, pertama perbaiki sumber hidupnya, yang kedua angkat bebannya sebagian. Apa babahnya itu dua, yang bisa kita angkat yaitu kesehatan.

Jadi, jangan bebani rakyat persoalan kesehatan, yang ketiga adalah pendidikan. Jangan juga beban rakyat persoalan pendidikan, dengan demikian kita harus non jangan buat pungutan untuk mulai SD, SMP SMA, kemudian kalau ada yang mau ke perguruan tinggi siapkan beasiswa.

Jadi, kalau kita save itu kita ambil alih itu dua pengeluaran publik yang besar itu kesehatan dan pendidikan, kemudian kita perbaiki sumber pendapatannya lepas dari kemiskinan itu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved