Jalan Rusak Tutar

Cerita Warga Tutar Polman Jalan Rusak Bertahun-tahun Butuh Perhatian

Padahal dengan akses jalan yaang bagus, tentu mempercepat roda perekonomian warga disana

Editor: Ilham Mulyawan
Relawan Andi Bebas For Tribun Sulbar
Pemotor melintasi jalur di Tutar Polman 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Tutar sudah menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), namun sampai kini jalan di Tutar nampak tidak diperhatikan sama sekali.

Seakan luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten Polewali mandar dan pemprov Sulbar.

Di Tutar ada Desa Bessoangin, namun jalan menuju desa ini masih jauh dari layak, seolah tak tersentuh pembangunan.

Jalan berlumpur dan penuh bebatuan hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat jenis Off Road berpenggerak 4x4.

Atau jika Anda ingin naik motor, bisa menggunakan jenis kendaraan roda dua trail, dengan Jarak ground clearence tinggi dilengkapi ban pacul.

Kalau Anda menggunakan mobil jenis city car, maka yakin saja Anda akan kesulitan melintasi jalur di Tutar  ini.

Mendapatkan akses jalan memadai juga menjadi hak konstitusional warga Tutar. 

Padahal dengan akses jalan yaang bagus, tentu mempercepat roda perekonomian warga disana, sebab hasil perkebunan dan pertanian warga akan jauh lebih mudah didistribusikan ke pasar.

Selain itu, kepentingan lain agar perbaikan jalan Tutar segera diwujudkan adalah demi memperlancar pelayanan kesehatan, pendidikan dan administrasi warga setempat.

Baca juga: Lintasi Jalan Berlumpur dan Bebatuan Selama 11 Jam, Bebas Dengarkan Keluhan Warga Tutar di Polman

Baca juga: Korban Angin Kencang di Kariango Mamasa Butuh Bantuan Selimut, Tenda, Obat-Oabatan dan Sembako

Warga Desa Bessoangin Tutar, Pian mengatakan sudah 78 tahun Indonesia merdeka, namun jalan yang mereka tempuh masih berupa tanah dan bebatuan yang sulit dilewati.

“Biar pun naik motor, tetap saja harus susah payah. Terkadang motor mesti diangkat atau didorong karena terjebak di lumpur,” ujar Pian, seorang warga desa, dengan raut wajah yang menyiratkan kekesalan dan kekecewaan.

Tak hanya akses jalan, masalah lain yang lebih serius adalah keterbatasan akses kesehatan di Tutar. 

Warga yang jatuh sakit harus menempuh perjalanan panjang, bahkan dipikul dengan sarung dan berjalan kaki selama berjam-jam hanya untuk mencapai pusat kesehatan terdekat.

“Biasanya kita jalan kaki, menggendong mereka yang sakit. Pulang pergi bisa makan waktu dua jam,” lanjut Pian dengan nada berat. 

Keluhan ini sudah beberapa kali disampaikan kepada pemerintah setempat, tetapi tampaknya tak pernah mendapat tanggapan yang memadai. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved