Berita Pasangkayu

Kisah Paga, Mengais Rezeki di Usia Senja dengan Jualan Balon

Sudah sekitar 20 tahun ia bolak balik dari Jeneponto ke Pasangkayu, demi berjualan balon.

Penulis: Taufan | Editor: Nurhadi Hasbi
Taufan/Tribun-Sulbar.com
Paga, penjual balon di depan Lapangan Merdeka Pasangkayu, Jl Andi Depu, Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Sulawesi Barat(Sulbar) 

TRIBUN-SULBAR.COM, PASANGKAYU - Kisah inspiratif perjuangan mengais rezeki di usia senja, datang dari pria bernama Paga.

Kakek berusia 66 tahun itu tetap semangat menjajakan jualannya di tepi jalan Andi Depu, depan lapangan Merdeka Pasangkayu, Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu Sulawesi Barat(Sulbar).

Saat ditemui di lapak penjualannya, paga sapaan akrabnya membagikan kisahnya, Senin(19/8/2024).

Baca juga: Kisah Bidan Pelosok Polman Mengabdi 14 Tahun, Dapat Penghargaan Bidan Teladan dari Kemenkes

Paga berasal dari Jeneponto Sulawesi Selatan(Sulsel).

Sudah sekitar 20 tahun ia bolak balik dari Jeneponto ke Pasangkayu, demi berjualan balon.

Ia memiliki tujuh anak, lima di Jeneponto dan dua di Pasangkayu.

Di Pasangkayu sendiri ia tinggal bersama anaknya, di Jalan Tanjung Harapan.

Lelaki kelahiran 1958 itu, mengaku sudah 15 tahun berprofesi sebagai penjual balon.

Setiap hari, ia mencari tempat ramai untuk menjajakan jualannya.

Dengan balon yang ikat pada kaleng bekas cat, ia menunggu pembeli di tepi jalan dengan penuh harap.

Meski keuntungan yang ia raup dari hasil menjual balon hanya seadanya, tapi menurutnya itu sudah cukup untuk menafkahi dirinya sendiri.

Menurut paga meski tubuhnya sudah ringkih, namun ia tetap harus bekerja.

Karena ia tak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya.

"Saya tidak mau susahkan anak-anakku, karena mereka semua sudah berkeluarga, pasti ada sendiri tanggungannya," ujar Paga

Ia mengaku tak mampu lagi jika harus mencari pekerjaan lain, karena mengingat tubuhnya yang kian melemah.

Kakek itu juga bercerita, sekitar tiga tahun lalu istrinya meninggal dunia.

Tepatnya tahun 2021, perempuan yang sangat ia cintai itu menghembuskan nafas terakhirnya di kampung halamannya, Jeneponto.

Setelah kepergian istrinya, Paga mengaku tak punya lagi teman untuk berkeluh kesah.

"Kalau lagi banyak pikiran terpaksa dipendam sendiri mas, kalau dulu dia saja yang ditemani cerita," terang Paga, dengan mata berkaca-kaca.

Meski begitu, paga tetap semangat melanjutkan hidup.

Ia berharap, dari hasil kerja kerasnya akan dibalas dengan amal.

"Biar tidak membuat saya kaya, setidaknya kerja kerasku ini terbayar dengan amal saja," terang lansia itu.

Selain itu Paga juga mengaku, menjual balon merupakan hiburan baginya, di masa-masa tuanya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Taufan

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved