Wisata Majene

YUK Edukasi Wisata di Makam Raja Banggae Majene, Kompleks Makam Bersejarah Seluas 1,6 Hektar

Kompleks Makam ini merupakan kompleks pemakaman bagi raja-raja atau mara’dia dan anggota hadat banggae.

Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Pengunjung Fastival Kota Tua Majene mengunjungi Kompleks makam raja-raja dan hadat Banggae di Bukit Ondongan, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Majene, Sabtu (8/7/2021). 

TRIBUN-SULBAR.COM - Majene dikenal pula sebagai kota tua, karena banyak sekali gedung bersejarah di kota ini.

Termasuk kompleks makam Raja-raja Banggae.

Kompleks Makam Raja-raja Banggae terletak di Jl Ondongan, Kampung Pangali-ali, Kel/Desa Pangali-ali, Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Pelajar hingga mahasiswa kerap kali menjadikan kompleks makam ini sebagai lokasi wisata edukasi.

Menjadikan kompleks makam itu sebagai wadah belajar sekaligus refreshing.

"Kami ada mata kuliah tentang sejarah islam, jadi kami kesini untuk belajar sekaligus mencari tahu sejarah tentang perkembangan islam di Tanah Mandar ini, " ujar Kasmin, seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene.

Kompleks Makam ini merupakan kompleks pemakaman bagi raja-raja atau mara’dia dan anggota hadat banggae.

Baca juga: LIBUR Lebaran, Yuk ke Pulau Karampuang Bisa Snorkeling Hingga Diving Disana

Baca juga: MENGENAL Imam Lapeo, Ulama Besar Pendiri Masjid Nurut Taubah Ramai Dikunjungi Peziarah Usai Lebaran

Kemunculan hadat Banggae diperkirakan pada masa pemerintahan Daenta Melanto (Mara’dia Banggae II) ketika bergabungnya Totoli kedalam kerajaan Banggae.

Disamping appe banua kayyang susunan pemeritahan dan hadat terdiri Mara’dia Banggae dan Hadat Sappulo.

Kompleks makam raja-raja dan hadat Banggae yang terekam menggunakan kamera Drone, Sabtu (8/7/2021).
Kompleks makam raja-raja dan hadat Banggae yang terekam menggunakan kamera Drone, Sabtu (8/7/2021). (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

 

Makam ini berada di puncak Bukit Ondongan, Desa Pangali-ali, Kecamatan Banggae, 31 meter di atas permukaan laut.

Hanya berjarak 300 meter dari Kantor Bupati Majene, Jl Gatot Subroto.

Sebanyak 471 makam ada di tempat seluas 1,6 hektar ini.

Dari papan informasi yang ada di dekat gerbang, disebutkan bahwa bahan pembuatan makam terdiri dari batu padas, batu karang dan balok/papan kayu.

Dengan aneka ragam hias yang terdiri dari kaligrafi, geomteris dan swastika.

Umumnya terpadat pada pelipit jirat, kijing dan hiasan makam.

Pusara memiliki bentuk fisik lebih besar, dengan batu pahat yang disusun, dan memiliki sistem lock (kuncian) sehingga tidak mudah terlepas kecuali batu pengunci bagian atasnya sengaja diangkat, atau penguncinya patah.

Tidak terdapat prasasti atau petunjuk tulisan pada pusara yang bisa menjelaskan perihal siapa yang dimakamkan atau waktu kehidupannya.

Terdapat lima sektor makam.

Pertama makam sektor barat merupakan area pemakaman Raja Banggae bernama Makkidaeng Manguju To Matindo Lanriseng dan para kerabatnya.

Kedua, di sektor utara adalah area pemakaman Raja Banggae Lollang To Monge Alelanna dan seluruhu kerabatnya.

Kemudian ketiga yakni makam di sektor selatan diisi pemakaman Raja Banggae bernama Nyu'riang.

Kemudian keempat, yaitu sektor timur barat adalah area pemakaman Raja Banggae bernama Sanggaria To Naung Anjoro.

Dan terakhir di sektor timur merupakan area pemakaman Raja Banggae Mulla Panggandang To Matindo diBanggae.

Semua yang dimakamkan disini adalah raja-raja Banggae pada akhir abad ke-17 hingga abad ke-20.

Sejumlah kerabat raja yang juga dimakamkan di tempat ini diantaranya cucu raja Balanipa ke-15; Besse Kajuara, istri Makkidaeng Manguju, anak Arung Pone dan Raja Bone ke-27 (1857-1859); I Besse Sompung, istri pertama raja Balanipa dan Banggae, Tomappelei Pettuyuana; Lollang Tomonge Alelanna, raja Banggae, putra raja Balanipa Sanggaria ke-34; Nyu’riang, raja Balanipa dan Banggae, To Naung Anjoro, raja Balanipa, Banggae, Pamboang, dan Sendana.

Lalu cucu raja Balanipa ke-37; Puttiri, tidak diketahui jabatannya; Mulla Panggandang Tomatindo di Banggae, raja Balanipa, Banggae, dan Pamboang, juga adalah cucu raja Balanipa ke-26; dan Dala hingga anak Puang Imaragala.

Area makam ditumbuhi rerumputan hijau.

Pemerintah juga memasang 10 gazebo bagi para peziarah, atau wisatawan yang ingin bersantai sembari menikmati pemandangan kawasan pesisir majene dan atas perbukitan, apalagi banyak pepohonan rindang nan menyejukan di tempat ini.

Tak perlu keluar uang untuk berwisata ke tempat ini.

Cukup mengisi buku tamu yang ada di pos jaga yang berada di belakang gerbang makam. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved