Berita Regional

Curhatan Ida, TKI asal Cianjur yang Dijadikan Budak Seks di Dubai: Banyak yang Bernasib Seperti Saya

Ida (38) membeberkan kisahnya yang menjadi korban eksploitasi jaringan TPPO di Dubai, Uni Emirat Arab.

Editor: Via Tribun
Tribun Jabar
Suryana (48) memperlihatkan foto istrinya, Ida (38) TKW asal Cianjur yang disekap dan diduga dipaksa jadi budak seks, Senin (10/7/2023). 

Tersangka berperan sebagai perekrut korban untuk dikirimkan bekerja ke luar negeri secara ilegal atau unprosedural.

“(Penanganan kasus) masih terus berjalan, dan bersama kita telah pulang ibu ID sebagai korban sehingga bisa berkumpul kembali dengan keluarganya dan putra-putrinya,” kata Aszhari, Selasa.

Baca juga: Malu Video Syur Viral di Media Sosial, Bacaleg Perempuan dari Partai NasDem NTT Mengundurkan Diri

Kronologi

Sesampainya di Jakarta, Ida pun menceritakan awal mula dirinya bisa bekerja di Dubai.

"Awalnya ditawari kerjaan ke Saudi sama sponsor lewat SMS, uang pit nya 8 juta," kata Ida saat ditemui di kantor BP2MI, Jakarta, Rabu.

Berangkat tahun 2022, Ida dijanjikannya bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Dubai.

Sempat bekerja sebagai ART selama 7 bulan, Ida mendapat majikan yang kurang baik, sehingga ia tergiur dengan tawaran seseorang di Facebook untuk bekerja di tempat lain.

Ia pun memutuskan untuk kabur dari majikan pertamanya, dan bekerja di tempat yang belakangan ia ketahui merupakan tempat prostitusi.

"Berangkat tahun 2022. Setelah sampai sana aku masuk agent 3 hari, terus ada majikan yang booking, kerja di majikan 7 bulan. Karena majikan kurang baik, kurang makanan, kerjaan banyak. Lalu ada yang nawarin lewat FB, yang katanya kerjaannya bagus, gajinya lumayan. Dia ngirimin driver, lalu aku share loc tempat majikan, terus aku keluar malam-malam," kata Ida.

"Janji kerjaan yang bagus itu tidak ada. Langsung dibawa ke center, tempat kerjaan yang nggak bagus itu," ujarnya.

Di tempat prostitusi yang ia sebut 'center' itu, selain dirinya ada seorang WNI lainnya yang berinisial S yang juga dipekerjakan disitu.

Berbeda dirinya yang dijebak untuk bekerja di center, banyak orang dari negara lain, seperti dari Bangladesh, Pakistan, hingga Nepal yang memang niat bekerja disitu.

Meskipun Ida mengaku tidak pernah mendapatkan kekerasan, namun ia merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang terus-terusan sakit.

Kondisi lokasi dan kamar kecil untuk tidur 2 orang, bahkan ia tidak pernah mendapat bayaran selama tiga setengah bulan berada di center itu.

"Aku tidak pernah ngalamin (kekerasan). Aku kerja di center tiga bulan setengah karena aku kebanyakan sakit. Karena mungkin kerjanya nggak bagus, dan kebanyakan nolak juga," kata Ida.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved