Berita Majene

Kecewa Tak Ditemui, HMI Terobos Kantor Bupati Majene, Orasi Depan Ruangan Kerja Andi Sukri

Di lokasi, mereka mencoba mencari orang nomor satu di Kota Assamalewuang julukan Kabupaten Majene, namun tidak membuahkan hasil.

Penulis: Hasan Basri | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun-Sulbar.com/Hasan Basri
Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan HMI berunjuk rasa di depan ruang kerja Bupati Majene 

TRIBUN - SULBAR.COM, MAJENE - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kecewa dengan sikap pemerintah Kabupaten Majene karena tidak merespon aksi mereka atas tuntutan pencopotan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.

Kekecewaan dilampiaskan dengan menerobos masuk ke Kantor Bupati Majene ,Senin (20/3/2023).

Bahkan tanpa ada larangan, mahasiswa dengan leluasa menggelar orasi di lantai dua, tepatnya di ruang kerja Bupati Majene Andi Sukri Tammalele (AsT).

Di lokasi, mereka mencoba mencari orang nomor satu di Kota Assamalewuang julukan Kabupaten Majene, namun tidak membuahkan hasil.

Pintu ruangan kerja nampak tertutup rapat dan diduga Bupati Majene sedang tidak berada di kantornya.

Begitupun dengan ruangan Wakil Bupati Majene yang bersebelahan dengan Bupati, pintunya tertutup rapat.

Mereka mengancam kembali akan menggelar aksi susulan dengan massa yang lebih besar. Rencana aksi tersebut dilaksanakan Senin (21/3/2023) besok.

Hal itu disampaikan mahasiswa dalam orasinya yang dipimpin langsung Zulkifli selaku jenderal lapangan.

Sebelum orasi di depan ruang kerja Andi Sukri, pendemo yang berjumlah sekitar delapan orang berunjuk rasa di depan kantor Bupati,tepatnya di jalan Trans Sulbar.

Dalam aksinya, mahasiswa kembali memblokade jalan Trans Sulbar yang menghubungkan beberapa kabupaten selama hampir setengah jam.

Akibatnya, arus lalulintas dari dua arah, baik Kabupaten Mamuju, maupun Polewali Mandar dialih sementara oleh petugas lalulintas yang berjaga di lokasi aksi.

Selain blokade jalan, peserta aksi juga membakar ban bekas sebagai simbol protes terhadap pemerintah.

Unjuk rasa digelar HMI merupakan yang kedua kalinya dengan tuntutan yang sama.

Salah satunya mendesak bupati agar mencopot Dirut RSUD Majene karena dianggap gagal memimpin rumah sakit.

Selama Dirut RSUD Majene dr Nurlina memimpin rumah sakit tersebut banyak persoalan dikeluhkan masyarakat atau pasien.

Salah satunya adalah pemberian obat kedaluwarsa terhadap seorang bayi yang berusia lima tahun.(san)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved