Kolom

Menjadi Manusia Rohani

Demikian sebaliknya bilamana sifat lahut yang menonjol maka sifat sifat kemanusian dan sifat keilahian akan mewarnai nilai kehidupannya.

Editor: Nurhadi Hasbi
Facebook Ilham Sopu
Ilham Sopu 

Oleh : Ilham Sopu

Judul diatas terinspirasi dari salah satu judul buku dari cendekiawan muda NU, DR KH Ulil Absar Adalla. Beliau sangat menguasai akses ilmu ilmu keislaman klasik dan ilmu ilmu keislaman modern.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna(QS.95.4).

Sekaligus manusia adalah ciptaan Yuhan yang paling mulia ( QS.17.70 ) letak kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Tuhan adalah bentuk fisik dan ruhaninya.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai dua dimensi, dimensi jasmani dan dimensi ruhaniah, atau dimensi nasut dan lahut.

Dua dimensi ini saling tarik menarik dalam diri manusia, bila dimensi nasut yang menonjol manusia akan tampil dengan sifat sifat yang rendah, manusia akan jatuh ketempat yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaan.

Demikian sebaliknya bilamana sifat lahut yang menonjol maka sifat sifat kemanusian dan sifat keilahian akan mewarnai nilai kehidupannya.

Begitulah seterusnya. Karena memang manusia berasal dari tanah kemudian Tuhan memberikan modal primordial kepada manusia berupa ruhani.

Perjalanan kehidupan manusia itu akan banyak dipengaruhi oleh sejauh mana dia mampu mengakses nilai nilai keagamaan atau nilai keilahian yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan sebagai pendamping manusia dalam kehidupan dunia ini.

Kalau pengaruh agama dapat menginternalisasi dalam diri manusia, manusia akan muncul sebagai makhluk makhluk rohani.

Sebenarnya jati diri manusia itu adalah rohaninya, jasmani itu sekedar kendaraan saja buat ruhani, ruhani inilah yang akan berhubungan dengan Tuhan, karena memang ruhani itu asalnya dari Tuhan.

Sebelum manusia dilahirkan ke bumi, manusia itu pernah melakukan perjanjian primordial kepada Tuhan, ketika manusia masih berada alam rahim, Tuhan pernah berkata, "Bukankah aku ini Tuhanmu?, kemudian manusia menjawab , betul engkau adalah Tuhan kami".

Itu adalah benih benih kebaikan bahwa manusia itu adalah makhluk yang superior, karena dari awal, sebelum lahir ke dunia mereka sudah berdialog dengan Tuhan, beda dengan makhluk makhluk yang lain, yang tidak punya modal untuk mengenal Tuhannya.

Manusia harus menyadari potensinya, selama ini kita kurang fokus sebagai makhluk ruhani.

Manusia modern sekarang terjebak dengan hal hal yang bersifat materialisme, mereka terjebak kepada yang sifatnya kekinian dan kedisinian, dan lebih berorientasi kepada hal hal yang jangka pendek, kurang memanfaatkan potensi yang mereka miliki yaitu potensi ruhaninya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

LUKA DI BUMI, SUARA DARI RERUNTUHAN

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved