Kasus Demam Berdarah
Demam Berdarah Meningkat 100 Persen di Mamuju, Kecamatan Mamuju Capai 102 Kasus
Dari 11 kecamatan, Mamuju menduduki peringkat tertinggi peningkatan kasus DBD yakni sebanyak 102 orang pasien.
Penulis: Zuhaji | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Mamuju sangat mengkhawatirkan.
Dari 11 kecamatan, Mamuju menduduki peringkat tertinggi peningkatan kasus DBD yakni sebanyak 102 orang pasien.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Mamuju, Alamsyah Thamrin mengatakan peralihan antara musim panas dengan musim penghujan menjadi salah satu faktor peningkatan DBD.
"Musim peralihan bahkan pancaroba, biasanya populasi nyamuk pun bertambah," ujarnya saat ditemui wartawan di ruangannya, Kantor Dinkes Mamuju, Jl Ahmad Kirang, Binanga, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (20/9/2022).
Dia juga menambahkan kasus DBD banyak terjadi di wilayah yang kurang terjaga kebersihan lingkungannya.
Hingga Oktober 2022, total kasus DBD meningkat 100 persen yakni 162 kasus.
Kemudian pagi ini terdata 4 kasus terjadi di Kelurahan Rimuku.
Salah satu cara mencegahnya dengan rutin menggelar gotong royong di lingkungan.
"Voging itu hanya membunuh induk nyamuk, bukan jentik atau telurnya," tambah Alam.
Dalam satu kali hinggap, nyamuk bisa menghasilkan 150 sampai 200 jentik nyamuk.
Lanjutnya, nyamuk DBD tidak beraktivitas di malam hari, itu sebabnya tim kesehatan melakukan voging pagi dan sore hari saja.
"Kalau kebanyakan voging bisa resisten tidak mempan lagi, voging antara jam 8 sampai 10 pagi dan jam 4 hingga 6 sore," jelasnya.
Masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk seperti, botol bekas, ban bekas, tempat makan atau minuman ternak.
"Paling penting 3M Plus, masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini," kata Alam.
Dirinya menilai dengan rutin membersihkan lingkungan tentu bisa mengurangi dampak DBD, sekira 70 persen penyebab kasus DBD meningkat karena faktor lingkungan.