Hari Guru Nasional
CURHAT Guru Honorer Alumni UNM, Mengabdi di Kampung Halaman, Digaji Rp 10.000 Per Jam
"Sukanya karena kita bisa mengimplementasikan ilmu yang kita dapat. Dukanya karena hampir setiap hari mengajar tapi gajinya sedikit," tutur Friska.
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Hasrul Rusdi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMASA - Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap 25 November, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1994.
Kesejahteraan guru belum dirasakan sepenuhnya oleh semua pendidik di tanah air.
Terutama bagi guru yang mengabdikan di pelosok negeri.
Seperti dialami guru honorer, Friska Mayestika (30), asal Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar).
Tak lolos menjadi pegawai negeri sipil (PNS), memaksa Friska Mayestika mengabdikan diri sebagai guru honorer sejak tahun 2016.
Baca juga: Siswa SMAN 2 Majene Beri Bingkisan Cokelat hingga Jilbab di Momen Hari Guru Nasional
Friska merupakan lulusan Universitas Negeri Makassar (UNM) pada fakultas keguruan tahun 2015.
Sebagai lulusan UNM, Friska Mayestika berharap bisa mengabdikan diri dengan gaji yang setimpal.
Namun harapan itu tak sesuai kenyataan yang ia terima.
Friska saat ini mengabdikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sumarorong.
Di SMPN 1 Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Friska digaji per jam.
Friska yang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris, mengaku digaji Rp 10.000 per jam.
Setiap bulan, Friska hanya diberi waktu mengajar sebanyak 16 jam.
Jika ditotal, gaji yang didapat Friska setiap bulan hanya Rp160.000.
"Saya masuk mengajar dari hari rabu sampai hari sabtu," ujar Friska, kepada Jurnalis Tribun-Sulbar.com, via telepon Jumat, (26/11/2021).
Kendati gaji yang ia terima tak setimpal dengan biaya kuliah mendapatkan ilmu, Friska mengaku tetap semangat untuk mengajar.
Baca juga: Hari Guru Nasional 2021, Sekertaris Disdikbud Mamasa Harap Honorer Diangkap PPPK
Baca juga: Hari Guru Nasional, Honorer Majene: Ini Hari Guru PNS