Hari Sumpah Pemuda
Sejarah Sumpah Pemuda, Bukti Nyata Peran Generasi Muda Dalam Berdirinya Bangsa Indonesia
Sejarah Sumpah Pemuda merupakan bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peranan yang penting dalam perjalanan berdirinya bangsa Indonesia.

Oleh Muchsin Fadly
Asal Mamuju
Alumni FISIP Universitas Muhammadiyah Malang
TRIBUN-SULBAR.COM - Bercermin pada sejarah, saat 28 Oktober 1928, 700 pemuda berkumpul di jalan Kramat Raya 106, Jakarta untuk menghadiri Kongres Pemuda II di Rumah Sie Kong Lian, seorang warga keturunan tionghoa yang pada saat itu rumahnya dijadikan sebagai kos-kosan tempat tinggal pelajar STOVIA.
Di sana pernah tinggal beberapa tokoh nasional diantaranya Soegondo Djojopoespito yang merupakan Ketua Kongres Pemuda dua, Muhammad Yamin, perumus naskah atau ikrar sumpah pemuda, Amir Syarifuddin, merupakan jong batak yang juga Bendahara Kongres Pemuda Dua.
Sekaligus membantu merumuskan ikrar sumpah pemuda serta beberapa pemuda pelajar yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) lainnya.
Dalam momen itu, terlihat potret wajah Indonesia yang beragam.
Berkumpulnya pemuda dari berbagai daerah dan kelompok seperti jong java, jong soematranen bond, jong islamiten bond, jong celebes, sekar roekoen (pemuda sunda), jong ambon, jong minahasa dan jong lainnya memberi arti bahwa hanya persatuan yang dapat mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan.
Perpecahan dan sentimen kedaerahaan pada saat itu dikalahkan oleh semangat bersatunya para pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial belanda dan fasisme jepang.
Sejarah Sumpah Pemuda merupakan bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peranan yang penting dalam perjalanan berdirinya bangsa Indonesia.
Ikrar yang berbunyi bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, adalah janji yang digaungkan pemuda untuk menegaskan cita-cita berdirinya suatu bangsa.
Tahun ini, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke 93.
Pada momentum Hari Sumpah Pemuda tahun ini, jangan sampai menjadi perayaan yang sepi makna, tidak dimaknai sebagai suatu peristiwa sakral dari rentetan perjalanan pemuda merebut kemerdekaan.
Sumpah Pemuda seharusnya tidak hanya dirayakan setiap tahunnya, tetapi diamalkan spirit perjuangan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat bahwa pemuda selalu memiliki peran penting dalam setiap zaman.
Pada masa kolonialisme belanda, pemuda menjadi ujung tombak pergerakan.
Sejarah Indonesia juga mencatat bahwa runtuhnya rezim Soekarno dan Soeharto karena adanya gerakan pemuda. Gerakan 1998 yang memakan korban sejumlah pemuda dan menjadikan titik balik demokrasi di indoneisa sebagian besar dipelopori oleh pemuda.
Ben Anderson dalam Revolusi Indonesia juga mengatakan bahwa pemuda merupakan sumber kekuatan utama revolusi. Bahkan Soekarno hanya memerlukan 10 pemuda untuk mengguncang dunia.