Sekolah Online
2 Tahun Belajar Online, Yoga Siswa SD di Mamuju Belum Tahu Nama Guru Satu Pun
Belajar daring yang awalnya dianggap solusi baru, justru di awal masa tahun ajaran baru 2021 mulai menjemukan.
Penulis: Habluddin Hambali | Editor: Munawwarah Ahmad
Padahal katanya, di hari-hari sekolah daring setahun terakhir, tugas belajar kelas mulai pagi dan dikumpulkan hingga malam hari.
"Blass, saya juga mulai capek ajar dia belajar dan kerja PR dari sekolah," kata ibunya, Mbak Nadia (35), yang juga penjaja kuliner berkuah di Mamuju.
Keluhan senada juga dialami Bahraen (11 tahun).
Murid Kelas V SD Pambutungan, Kecamatan Kalukku, sekitar 31 km timur Kota Mamuju, ini, juga mulai bosan bertemu dan bermain dengan saudara dan anak sebaya tetangganya.
"kalo di sekolah ada keluar main (masa istirahat kelas30 menit). kalau di rumah main game terus jiki."
Seperti Yoga, Bahraen juga menyukai pelajaran matematika.
"Saya suka kali-kali (perkalian)," ujar anak pertama dari pasangan Natsir Ramli dan Indarwati ini.
Tak seberuntung Bahraen, yang sempat 4 semester masuk belajar di kelas, Yoga hanya bisa merindukannya.
Orangtua siswa mngaku tak lagi bisa membedakan mana waktu belajar, waktu bermain dan masa istirahat.
Orangtua Yoga dan Bahraen berharap, pemerintah segera mengobati kerinduan anak mereka untuk belajar dari sekolah.
Mereka ingin anaknya belajar bukan dari ruang makan dan ruang tamu rumah, melainkan dari kelas.
Bukan hanya siswa, guru pun mulai lelah dan jengah dengan dampak wabah global mematikan ini.
"Sudah lebih setahun kami serasa kehilangan semangat, seperti induk kehilangan anak." kata Hilman Paturusi (42), guru SMP di Kalukku, pedalaman Mamuju, Sulawesi Barat.
Dewan Penasihat Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sulawesi Barat ini, mengakui, hampir tiap hari, dia dan rekan guru lainnya, bingung.
"Sudah 2 tahun kami tak bisa jawab pertanyaan orangtua siswa, kapan ruang kelas di sekolah dibuka lagi." (*)