Gantung Diri
Satu Bulan Terakhir 2 Remaja di Mamasa Gantung Diri, Motif Belum Diketahui
Hingga saat ini tidak diketahui alasan remaja di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat (Sulbar) gantung diri.
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Munawwarah Ahmad
TRIBUN-SULBAR.COM,MAMASA - Dua remaja di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat (Sulbar), memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Data dihimpun tribun-sulbar.com, ada dua kasus remaja gantung di Mamasa sebulan terakhir.
Terbaru remaja 12 tahun di Dusun Minanga, Desa Tadok Kalua, Kecamatan Tabang..
Statusnya pelajar.
Sebelumnya, Jumat 18 Juni lalu anak bernama Kathrine Tiara Lempan (12), ditemukan tewas dalam kondisi tergantung.
Demikian keterangan Kepolisian Sektor Pana, Iptu Sutriman.
Kejadiannya sekitar pukul 16.20 Wita.
Di rumah nenek si korban.
Berawal saat korban bersama neneknya Ratte Todon (74), duduk bersama di atas rumah.
Jelang sore korban meminta neneknya turun ke kolong rumah.
Korban meminta sang nenek masukkan ayam ke kandang sebelum turun hujan.
Si nenek menuruti permintaan cucu.
Beberapa menit setelahnya, Ratte Todon naik ke rumah.
Ratte Todon kaget melihat cucunya dalam posisi tergantung menggunakan sarung.
Ratte Todon, lalu berteriak meminta pertolongan kepada tetangganya.
Tak lama kemudian, salah seorang tetangganya yang rumahnya berjarak kurang lenih 100 meter, datang menghampiri korban.
Dia segera melaporkan kejadian itu kepada Kepala Desa Tadok Kalua.
Selanjutnya kepala desa bersama warga sekitar mendatangi rumah Korban.
Beberapa menit kemudian pihak kepolisian sektor Pana menuju TKP.
Kepolisian mengamankan barang bukti berupa sarung bermotif batik digunakan korban gantung diri.
Hal itu dibenarkan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Kabupaten Mamasa, Welem DP.
"Saya baru saja dari TKP untuk memastikan kejadian ini atas perintah pak bupati," Kata Welem DP, saat dikonfirmasi di Aula Rumah Jabatan Bupati Mamasa, Selasa (22/6/2021) siang.
Kepada wartawan, Welem DP menuturkan, terkait motif pelaku gantung diri, hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.
Namun yang pasti, kedua orang tua korban telah lama bercerai.
Sehingga ia tinggal bersama neneknya.
"Dia tinggal bersama neneknya dan satu orang anak kecil, karena orangtuanya bercerai," ungkap Welem DP.
Kejadian ini menambah jumlah kasus gantung diri anak di bawah umur.
Di desa yang sama, kasus ini pernah terjadi pada bulan mei lalu.
Yang menjadi pelaku sekaligus korban gantung diri adalah Katriani 14 tahun.
Selain kasus gantung diri, disebut Welem, pada awal Juni lalu, seorang anak yang masih berusia 11 tahun, juga dikabarkan meninggal dunia akibat demam berdarah.
Dengan adanya kasus ini, Welem, berharap agar pihak dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan dinas kesehatan melakukan pemeriksaan di desa itu.
Dikhawatirkan ada penyakit malaria tropika yang menyerang masyarakat sehingga kasus gantung diri marak terjadi.
Laporan wartawan @sammy_rexta