Tren Gen Z Curhat ke AI ChatGPT, Peran Psikolog Tergantikan ?

Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT kini menjadi tempat konsultasi atau konseling pskilogis semakin menjadi tren

Editor: Abd Rahman
kompas.com
ILUSTRASI Teknologi artificial intelligence (AI), kecerdasan buatan pada tes deteksi virus corona penyebab Covid 19 


TRIBUN-SULBAR.COM- Kemajuan teknologi begitu pesat banyak membantu kegiatan manusia.

Seperti halnya teknologi  Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT kini menjadi tempat konsultasi atau konseling pskilogis semakin menjadi tren. 

 Khususnya di kalangan Generasi Z. Fenomena ini diakui cukup marak terjadi.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia periode 2025–2029, Dr. Retno Kumolohadi, Psikolog, menegaskan bahwa penggunaan AI tidak akan memadai untuk menggantikan peran psikolog profesional.

Baca juga: Gubernur Sulbar di Musda Golkar: Warna Beda, Tujuan Sama Membangun Daerah

“Fenomena ini memang cukup banyak terjadi. Namun demikian, jika saya sebagai praktisi juga sekaligus pengajar, mereka mengaku bahwa tidak cukup,” kata Retno melansir Tribunnwes.com di Jakarta Pusat, Minggu (23/11/2025).

Retno menjelaskan bahwa meskipun banyak anak muda mencoba mencari bantuan awal melalui AI.

Namun pada akhirnya mereka tetap mencari dan membutuhkan interaksi langsung dengan psikolog.

"AI itu enggak cukup, enggak bisa sama sekali menggantikan. Mereka mungkin pertama akan ke ChatGPT, tapi kemudian berkontak dengan kami pasti. Itu terjadi di ruang-ruang praktik kita semua, jadi enggak akan bisa," tegasnya.

Peran Tak Tergantikan

Retno menekankan bahwa peran psikolog klinis tidak dapat disubstitusi oleh teknologi. 

Hal ini karena proses konseling memerlukan elemen krusial seperti empati, pemahaman mendalam terhadap konteks personal pasien, dan kompetensi klinis yang hanya dimiliki oleh tenaga profesional manusia.

Secara etika dan profesionalisme, layanan AI saat ini belum memiliki landasan hukum dan kewajiban kerahasiaan seperti yang terikat pada psikolog profesional. 

Baca juga: Tampang Eks Pimpinan Bank Rampok Dana Tapandullu Rp 388 Juta, Terdesak Utang dan Gaya Hidup Mewah

Selain itu, diagnosis dan intervensi yang mendalam memerlukan kemampuan interpretasi non-verbal dan klinis jauh melampaui kemampuan algoritma AI.(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved