Berita Viral
Selain Rambu Solo, Berikut 5 Adat dan Budaya Sakral Masyarakat Toraja
Rambu Solo merupakan pesta kematian. Sebuah tradisi sakral bagi masyarakat Toraja.
TRIBUN-SULBAR.COM - Masyarakat Toraja bereaksi atas dugaan penghinaan tradisi dan budaya, Rambu Solo, oleh komika Pandji Pragiwaksono.
Meski bercanda, karena tengah menyampaikan materi stand up komedi, namun Pandji Pragiwaksono dinilai menghina adat dan budaya sakral bagi masyarakat Toraja.
Menurut Ketua PMTI Makassar, Amson Padolo, materi stand up Pandji Pragiwaksono bukan sekadar candaan.
Namun, bentuk penghinaan terhadap adat dan nilai spiritual masyarakat Toraja.
Baca juga: Profil Pandji, Bikin Masyarakat Toraja Murka, Diduga Hina Tradisi Sakral Rambu Solo
Baca juga: Ritual Mabadong Adat Toraja di Rumah Duka Obednego Depparinding, Pakai Sastra Toraja
Pandji Pragiwaksono didesak meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Toraja.
"Rumor tidak seharusnya menyinggung budaya dan keyakinan," kata Amso Padolo, dikutip dari Tribun-Timur.com.
Rambu Solo merupakan pesta kematian. Sebuah tradisi sakral bagi masyarakat Toraja.
Masyarakat Toraja marah karena Pandji Pragiwaksono menyebut banyak masyarakat Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri melaksanakan pesta kematian.
Pesta kematian yang dimaksud adalah Rambu Solo.
Pelaksananaan upacara Rambo Solo, keluarga yang meninggal, apalagi jika punya kasta sosial akan memotong sejumlah hewan.
Seperti, kerbau dan hewan lainnya yang diatur dalam tradisi tersebut.
Lalu apa saja tradisi masyarakat Toraja selain Rambu Solo?
Sahabat budaya, tak asing jika kita mendengar Suku Toraja atau Toraja. 
Sebagian besar wisatawan lokal maupun asing mengenal Suku Toraja memiliki kekayaan tradisi dan budaya yang unik.
Selain Rambu Solo, Toraja memiliki sejumlah adat dan budaya yang sering dilaksanakan secara meriah.
Berikut daftar adat adan budaya Masyarakat Toraja:
1. Rambu Solo
Rambu Solo’ adalah upacara adat kematian masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan, yang merupakan salah satu tradisi paling sakral dan penting dalam kebudayaan mereka.
Rambu Solo’ bertujuan untuk menghormati dan mengantar roh orang yang meninggal menuju alam arwah, yang dalam kepercayaan adat Toraja disebut Puya (alam baka).
Upacara ini dianggap sebagai bentuk penghormatan terakhir keluarga kepada orang yang telah meninggal dan simbol kasih sayang serta penghargaan terhadap leluhur.
Upacara Rambu Solo’ biasanya dilakukan beberapa waktu setelah kematian, tergantung kemampuan keluarga.
Selama jenazah belum dimakamkan, almarhum dianggap “masih sakit” atau “tidur”, bukan meninggal sepenuhnya.
Upacara ini mencakup:
1. Pemotongan kerbau dan babi, yang dipercaya sebagai kendaraan roh menuju Puya.
2. Tarian, nyanyian, dan ritual adat yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat sekitar.
3. Perkumpulan keluarga besar dan warga, sebagai wujud solidaritas sosial dan gotong royong.
Rambu Solo’ bukan sekadar pesta besar, tetapi mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan spiritualitas tinggi.
Biaya yang besar bukan untuk kemewahan, melainkan simbol pengorbanan dan penghormatan terakhir kepada yang meninggal.
2. Rambu Tuka
Rambu Tuka’ adalah upacara adat masyarakat Toraja yang diselenggarakan untuk mensyukuri kehidupan dan kebahagiaan, kebalikan dari Rambu Solo’ yang berkaitan dengan kematian.
Dalam bahasa Toraja, “rambu” berarti “asap” atau “sinarnya matahari”, sedangkan “tuka’” berarti “naik” atau “terbit”.
Maka, Rambu Tuka’ secara harfiah berarti “asap yang naik ke atas”, melambangkan sinar kehidupan dan sukacita.
Rambu Tuka’ adalah upacara syukur dan kebahagiaan yang dilaksanakan saat ada peristiwa penting dan membawa berkat, seperti:
1. Pembangunan rumah baru (Mangrambu Tuka’ Banua)
2. Pernikahan (Rambu Tuka’ Rampanan Kapa’)
3. Pesta panen, kenaikan status sosial, atau keberhasilan tertentu
Maknanya adalah ungkapan terima kasih kepada Tuhan (Puang Matua) dan leluhur atas kehidupan, rezeki, serta kebahagiaan yang diberikan.
3. Ma'lettoan
Ma’lettoan adalah salah satu ritual adat dalam kebudayaan masyarakat Toraja, yang merupakan bagian dari rangkaian upacara Rambu Solo’ (upacara adat kematian).
Upacara ini memiliki makna pengantaran arwah orang yang meninggal menuju tempat peristirahatan terakhir sebelum dimakamkan atau disemayamkan di liang batu (liang).
Kata “Ma’lettoan” berasal dari bahasa Toraja, dari kata dasar letto’ yang berarti “mengangkat” atau “menaikkan”.
Secara harfiah, Ma’lettoan berarti prosesi mengangkat atau membawa jenazah menuju tempat pemakaman atau liang batu di tebing.
Maknanya lebih dalam dari sekadar pemindahan fisik — ia melambangkan perjalanan roh menuju alam baka (Puya), yang dipercaya sebagai tempat arwah berkumpul setelah meninggalkan dunia.
Prosesi ini biasanya merupakan puncak dari Rambu Solo’, setelah semua tahapan upacara penghormatan dan ritual adat selesai dilakukan.
Ciri khas Ma’lettoan:
1. Jenazah diusung menggunakan tandu besar yang disebut "lakkean" atau “erong”, dihiasi ornamen warna merah, kuning, dan hitam — warna simbolik masyarakat Toraja.
2. Pengusungan dilakukan secara gotong royong oleh puluhan pria sambil diiringi tarian dan teriakan semangat khas Toraja.
3. Suasana prosesi sering kali ramai dan penuh semangat, bukan muram, karena dianggap perayaan untuk mengantar roh menuju tempat mulia.
4. Diiringi pula oleh musik tradisional (Pa’pompang) dan nyanyian ritual (Ma’badong).
4. Ma'nene
Ma’nene’ adalah salah satu ritual adat paling unik dan sakral masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan, yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Ritual ini dikenal luas di dunia karena melibatkan pembersihan, penggantian pakaian, dan perawatan jenazah yang telah lama dimakamkan.
Kata “Ma’nene’” berasal dari bahasa Toraja, dari kata dasar nene’ yang berarti “leluhur” atau “orang tua yang telah meninggal”.
Secara harfiah, Ma’nene’ berarti “memberi pakaian baru kepada leluhur”.
Maknanya bukan hanya secara fisik, tetapi juga melambangkan kasih sayang, penghormatan, dan ikatan spiritual antara yang hidup dengan mereka yang telah meninggal.
Bagi masyarakat Toraja, kematian bukan akhir kehidupan arwah orang yang meninggal tetap hidup dalam ingatan dan hubungan keluarga yang terus dijaga melalui ritual ini.
Ritual Ma’nene’ biasanya dilakukan setiap 3 tahun sekali, terutama oleh masyarakat di wilayah Baruppu, Pangala’, dan Sa’dan (Toraja Utara).
Prosesi ini dilakukan setelah musyawarah keluarga besar dan biasanya bertepatan dengan masa panen, sebagai simbol rasa syukur.
Tahapannya meliputi:
1. Pembukaan makam (liang batu atau peti), lalu jenazah diangkat dengan penuh kehormatan.
2. Jenazah dibersihkan dari debu dan kotoran, lalu dikenakan pakaian baru yang telah disiapkan oleh keluarga.
3. Upacara doa dan syukur digelar, diiringi tarian adat dan nyanyian penghormatan.
4. Jenazah kemudian dikembalikan ke makam dengan tata cara adat yang penuh penghormatan.
Meskipun dilakukan dengan santai dan penuh kehangatan, seluruh prosesi tetap dijalankan dengan aturan adat yang ketat dan penuh rasa hormat.
5. Rampana Kapa
Dilansir dari journals ukitoraja dalam bahasa toraja, Rampana Kapa atau biasa disebut mendatangkan nikah yang artinya mengawini.
Kata dasar Rampana yaitu ra'panni yang artinya melepaskan.
Sedangkan kapa dalam bahasa Indonesia sama dengan kapas yang artinya suci dan kesucian atau kasih diantara laki-laki dan perempuan.
6. Sisemba
Sisemba merupakan olahraga tradisional yang telah dilaksanakan oleh masyarakat toraja sejak dulu.
Sisemba dalam bahasa toraja berarti saling menendang kaki, biasanya dilalukan sebagai bagian dari ritual syukuran dan ritual kematian.
(*)
| Profil Pandji, Bikin Masyarakat Toraja Murka, Diduga Hina Tradisi Sakral Rambu Solo | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Viral Anggota DPRD Pinrang Diduga Cekik dan Aniaya Pegawai Disdukcapil, Korban Lapor Polisi | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Polisi Pangkat AKP Intimidasi Wartawan saat Liputan Tambang Ternyata Lebih Kaya dari Kapolres Barru | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Geger Pernikahan Gadis 24 Tahun dengan Kakek 74 Tahun, Mahar Cek Rp3 Miliar Ternyata Palsu | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Viral di Mamuju: Anak Rekam dan Hina Ibu Kandungnya, Anak di Arab Saudi Minta Ibunya Diselamatkan | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/Suasana-saat-Mabadong-berlangsung-di-rumah-du.jpg)
                
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
											
											
											
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.