Dikutip dari laman resmi Balai Besar Konservasi Sumbe
r Daya Alam Sulawesi Barat (BBKSDA Sulsel), keberadaan Gunung Gandang berkaitan erat dengan legenda yang beredar di masyarakat.
Pada zaman dulu, dituturkan bahwa Gandang Dewata mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi.
Batu besar berbentuk perahu yang terletak di sekitar puncak gunung tersebut dikatakan sebagai bukti, dan dipercaya merupakan perahu puteri raja yang kandas.
Penampakan Gunung Gandang Dewata, puncak tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat dengan ketinggian hingga 3.037 mdpl. (Laman resmi BBKSDA Sulsel)
Adapun asal muasal nama Gunung Gandang Dewata adalah dari mitos suara gendang yang sering terdengar di kawasan tersebut.
Secara harfiah, gandang berarti gendang dan dewata berarti dewa.
"Apabila ada seseorang yang masuk hutan dengan tujuan entah mengambil hasil hutan ataupun mendaki, lalu terdengar suara gendang dari puncak gunung, berarti orang tersebut sudah meninggal," bunyi keterangan di laman BBKSDA Sulsel.
Konon katanya, suara gendang tersebut muncul dari bebatuan di area sekitar Taman Nasional Gandang Dewata yang mana bentuknya memang terbilang mirip seperti bentuk gendang.
Mengenal Gunung Gandang Dewata
Gunung Gandang Dewata resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional ke-53 oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), melalui keputusan bernomor SK.773/MENLHK/Setjen/PLA.2/10/2016, tanggal 3 Oktober 2016.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), penetapan Taman Nasional Gunung Gandang Dewata dideklarasikan pada tanggal 5 April 2017 dengan luas 183.078 hektar.
Kawasan Taman Nasional ini membentang dari empat kabupaten Sulawesi Barat, yakni Mamuju, Mamuju Utara, Mamuju Tengah dan Mamasa.
Dikutip dari laman website Desa Tampak Kurra, Taman Nasional Gandang Dewata merupakan salah satu wilayah yang dilalui Garis Wallace, yang memisakan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia.
Menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2013, terdapat 417 jenis burung di Sulawesi dengan 116 di antaranya adalah endemik atau asli di wilayah tersebut.