Berita Polman

Nestapa Lansia,Bertahan Hidup Seorang Diri di Gubuk Reyot Mirip Kandang di Polman

Penulis: Fahrun Ramli
Editor: Abd Rahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LANJUT USIA - Perempuan lanjut usia bernama Hadana (62) hidup dalam kondisi memprihatinkan di Desa Sumarrang, Kecamatan Campalagian, Polman, Sulbar, Sabtu (17/5/2025). Hadana bertahan hidup seorang diri dalam gubuk reyot mirip kandang di tengah perkebunan. Dok Fahrun.

TRIBUN-SULBAR.COM,POLMAN- Perempuan lanjut usia bernama Hadana (62) hidup dalam kondisi memprihatinkan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, (Sulbar), Sabtu (17/5/2025).

Hadana bertahan hidup seorang diri dalam gubuk reyot mirip kandang di tengah perkebunan.

Gubuk reyot tanpa lampu penerangan itu berada cukup jauh dari pemukiman warga.

Hadana merupakan warga Dusun Batusasi,Desa Sumarrang,Kecamatan Campalagian.

Gubuk berukuran sekira 2 x 3 meter hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki sejauh dua kilometer.

Gubuk tersebut dibangun menggunakan bahan seadanya, atapnya menggunakan beberapa seng bekas.

Sementara dindingnya memakai potongan ranting kayu yang disusun tidak beraturan.

Tidak jarang Hadana harus tidur dalam kondisi kehujanan, sepanjang malam juga kerap dilalui dengan kondisi kedinginan.

Di dalam gubuk milik Hadana hanya ada beberapa lembar pakaian usang, dan peralatan memasak tidak layak pakai.

Serta puluhan tempurung kelapa digunakan menampung air, dan beberapa lembar papan digunakan alas untuk tidur.

Hadanah hanya mampu menggunakan bahasa daerah (Mandar), sulit untuk diajak berkomunikasi.

"Saya sudah lama tinggal di sini. Sudah puluhan tahun," kata Hadana kepada wartawan, Jumat (16/05/2025).

Hadana mengaku betah tinggal di gubuk mirip kandang, karena berada di lahan yang diakui sebagai miliknya sendiri.

Menurut Hadana, awalnya dia memiliki rumah yang lebih layak di samping gubuknya saat ini.

Namun rumah yang pernah ditinggali bersama mendiang suaminya itu telah habis terbakar.

"Dulu saya ada rumah di sini, saya tinggali sama suami, tapi terbakar," lanjutnya.

Hadana juga mengaku jika dirinya memiliki tiga anak yang sudah berkeluarga dan tinggal di daerah lain. 

Diakui, anaknya bersama kerabat lain kerap berkunjung dan mengajaknya untuk pindah namun ditolak.

Sementara Kepala Desa Sumarrang, Sudirman menyebut jika Hadana memilih mengasingkan diri lantaran hubungannya dengan masyarakat yang kurang harmonis.

"Seperti itumi sebenarnya, kadang kalau datang baiknya baik sekali, tapi kadang tiba-tiba marah, habis dikatai-katai orang," terang Sudirman.

Menurut Sudirman, pemerintah desa pernah menyiapkan sejumlah bahan bangunan yang akan digunakan merehab rumah Hadana. 

Baca juga: Dikira Tidur,Ternyata Mayat,Penemuan Pria di Masjid Desa Botteng Bikin Geger Warga

Baca juga: Pemprov Sulbar Gelar Job Fit untuk 22 Jabatan Eselon II, Junda Maulana Didapuk Ketua Pansel

Hanya saja rencana itu tidak jadi dilakukan lantaran mendapat penolakan dari keluarga Hadana.

Meski demikian, Sudirman mengaku tetap berupaya memberikan perhatian untuk meringankan beban hidupnya.

Seperti memberikan bantuan beras secara rutin serta memasukkan nama Hadana sebagai daftar penerima bantuan langsung tunai (BLT).

“Alhamdulillah, beras selalu kita kasih, kalau makanan tidak pernah kekurangan, dia dapat BLT, harusnya bergantian tapi karena kondisinya begitu jadi kita beri secara rutin,” jelasnya.

Sudirman mengaku selalu siap membantu untuk menyiapkan tempat tinggal lebih layak bagi Hadana.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli