Kekerasan Seksual

33 Kasus Kekerasan Seksual di Mamuju Sepanjang Tahun 2023 hingga November 2024

Editor: Munawwarah Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kasus kekerasan seksual dialami anak di bawah umur di Mamuju

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Angka kekerasan seksual di Kabupaten Mamuju tergolong tinggi.

Kekerasan seksual di Mamuju bahkan tercatat 33 kasus sepanjang tahun 2023 hingga November 2024. 

Data kekerasa seksual ini disampaikan Dinas Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) Kabupaten Mamuju.

Baca juga: Suami di Mamuju Ditangkap Polisi Usai Aniaya Istri Pakai Sajam, Pelaku Akui Dalam Pengaruh Narkoba

Baca juga: Mengenal Tiktok Studio, Sajikan Data Penonton hingga Monetisasi

Total 93 kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Mamuju sepanjang tahun 2023 hingga November 2024. 

Di tahun 2023 jumlah kekerasan anak di Kabupaten Mamuju sebanyak 56 kasus.

Dari angka tersebut, kekerasan seksual menempati posisi terbanyak yaitu 33 kasus.

Kedua ada kekerasan fisik sebanyak 11 kasus, ada juga ABH (anak berhadapan hukum) 8 kasus, disusul kekerasan psikis 3 kasus dan penelantaran anak 1 kasus.

Mereka berumur 18 tahun ke bawah, 35 diantaranya adalah anak perempuan dan 21 anak laki-laki.

Selanjutnya di tahun 2024, ada penurunan sekitar 34 persen yaitu 37 kasus.

Kekerasan seksual selalu menempati posisi terbanyak yaitu 23 kasus.

Kemudian kekerasan fisik sebanyak 11 kasus, ABH 2 kasus, dan kekerasan psikis 1 kasus.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Penanganan Kekerasan, Dinas PPPA Mamuju Hartati mengatakan kasus-kasus tersebut rata-rata dilakukan oleh orang-orang sekitar korban.

“Dari sekian kasus rata-rata orang terdekatnya yang melakukan kekerasan tersebut,” kata Hartati saat dijumpai di kantornya, Jl Soekarno Hatta, Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Selasa (12/11/2024) siang.

Disampaikan pemicunya, cukup beragam mulai dari lingkungan keluarga, faktor ekonomi hingga minimnya pendidikan agama.

“Rata-rata mereka adalah ekonomi di bawah standar, mereka diiming-imingi uang kemudian anak juga terpengaruh,” jelas Hartati.

“Jadi mari kita jaga kelaurga kita utamanya mendekatkan mereka ke pendidikan agama,” lanjutnya.

Disampaikan, tidak menutup kemungkinan kasus kekerasan di Kabupaten Mamuju lebih tinggi dibanding dengan jumlah yang dicatat oleh Dinas PPPA.

Karena pihaknya hanya mencatat sesuai laporan yang masuk. Namun begitu ia tetap memberikan pendampingan penuh kepada anak-anak yang mengalami korban kekerasan.(*)

Laporan Wartwan Tribun-Sulbar.com, Lukman Rusdi