Kasus Demam Berdarah

17 Pasien DBD di Tutar Polman Dirawat di Ruang Kelas SMP Gara-gara Tidak Mau Jauh dari Keluarga

Editor: Ilham Mulyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasien DBD warga Desa Ambopadang menjalani perawatan di ruang kelas di SMP 2 Tutallu, Desa Ambopadang, Kecamatan Tutar, Polman, Senin (28/10/2024).

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Sudah lima hari siswa dan siswi SMP 2 Tutallu, Desa Ambopadang, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat diliburkan.

Mereka diliburkan sejak 23 Oktober 2024 lalu, dan hingga kini belum masuk sekolah karena dua ruang kelas mereka dijadikan ruang perawatan pasien demam berdarah dengue (DBD).

Sebanyak 17 pasien DBD dari di Desa Ambopadang, Kecamatan Tutar, masih dalam perawatan di sekolah tersebut.

Ke-17 pasien terpaksa dirawat dalam ruang kelas, karena tidak mau ke Puskesmas atau rumah sakit karena jaraknya terlalu jauh.

Selain itu, mereka beralasan tidak mau pisah dengan keluarganya jika dibawa ke rumah sakit.

Seorang guru SMP 2 Tutallu, Nono Wiratmoko mengatakan penggunaan dua ruang kelas sebagai ruang perawatan ini merupakan kebijakan Pj Bupati Polman, Ilham Borahima untuk mencegah penularan.

Sebelumnya sejumlah warga terjangkit DBD, jalani perawatan pada berbagai fasilitas kesehatan, seperti Pustu, Puskesmas hingga rumah sakit.

Namun karena DBD semakin mewabah, hingga fasilitas kesehatan tidak lagi mampu menampung pasien.

Menurut Nono, belum diketahui secara pasti sampai kapan murid di SMP 2 Tutallu harus diliburkan. 

Dia juga mengaku belum mendapat petunjuk terkait proses pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan selama murid diliburkan .

"Ya dibilang sampai mereda DBD, terkait proses pembelajaran, belum ada petunjuk," ungkapnya.

Baca juga: Juara Pencak Silat di Semarang Pemuda Kalukku Mamuju Akan Wakili Indonesia di Uni Emirat Arab

Baca juga: PT Polemaju Mineral Mandiri Dipolisikan Usai Diduga Serobot Lahan Warga di Kabuloang Mamuju

Nono menyebut sebelum ruang kelas dimanfaatkan sebagai tempat perawatan pasien DBD, sebagian besar murid sudah meliburkan diri karena takut tertular penyakit.

Kepala Dusun Ambopadang Ruhanuddin menyebut, setidaknya ada dua sekolah di wilayahnya terpaksa diliburkan imbas membludaknya kasus DBD.

Selain SMP 2 Tutallu, proses belajar mengajar di SDN 010 Ambopadang juga terpaksa diliburkan.

Kedua sekolah ini berada di lokasi yang sama dan hanya dipisahkan oleh jalan selebar kurang lebih 2,5 meter.

Dia juga mengaku belum bisa memastikan sampai kapan proses belajar mengajar pada kedua sekolah tersebut harus diliburkan.

Dua ruang kelas ini dilengkapi kasur lipat atau velbeg milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Polman. 

Kasur itu dimanfaatkan para pasien beristirahat selama jalani perawatan dari DBD.

Setiap ruangan juga dilengkapi bola lampu untuk penerangan di malam hari, di luar ruangan, terdapat dua unit toilet portable serta empat buah tandon air. 

Tenda berwarna orange dengan ukuran cukup besar milik BPBD juga didirikan di halaman sekolah.

Sejumlah petugas, terdiri dari dokter, perawat hingga polisi juga disiagakan di lokasi untuk melayani pasien. (*)