Nono menyebut sebelum ruang kelas dimanfaatkan sebagai tempat perawatan pasien DBD, sebagian besar murid sudah meliburkan diri karena takut tertular penyakit.
Sementara Kepala Dusun Ambopadang Ruhanuddin menyebut, setidaknya ada dua sekolah di wilayahnya terpaksa diliburkan imbas membludaknya kasus DBD.
Selain SMP 2 Tutallu, proses belajar mengajar di SDN 010 Ambopadang juga terpaksa diliburkan.
Kedua sekolah ini berada di lokasi yang sama dan hanya dipisahkan oleh jalan selebar kurang lebih 2,5 meter.
"Ada 2 sekolah yang diliburkan. Satu SMP, satunya lagi SD, siswanya diliburkan sejak DBD menyerang," ujar Ruhanuddin.
Dia juga mengaku belum bisa memastikan sampai kapan proses belajar mengajar pada kedua sekolah tersebut harus diliburkan.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 17 pasien penderita demam berdarah dengue (DBD) jalani perawatan dalam kelas SMP 2 Tutallu, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Kamis (24/10/2024).
Mereka dirawat dalam ruang kelas karena tidak mau ke Puskesmas atau rumah sakit jaraknya terlalu jauh.
Serta 17 pasien DBD ini beralasan tidak mau pisah dengan para sanak keluarga jika dibawa ke rumah sakit.
Pasien DBD warag Desa Ambopadang ini tidur pakai Matras bencana milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Mereka berjejer dalam ruang kelas, sembari infus melekat pada tangan, nampak masih lemah.
Pemerintah setempat juga membangun dua kamar mandi khusus, dan empat penampungan air di kawasan sekolah.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli