TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU -- Penjabat Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin angkat bicara terkait aksi unjuk rasa massa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Sulawesi Barat bersama organisasi kepemudaan di depan kantor Gubernur Sulawesi Barat, Jl H Abd Malik Pettanna Endeng, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, pada Senin (2/9/2024).
Dalam aksi tersebut, mereka dengan tegas menuntut agar Penjabat Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin dicopot dari jabatannya.
Massa menyebut kebijakan anggaran yang dijalankan Bahtiar, hanya terfokus pada proyek penanaman pohon sukun dan pisang.
Hanya dinilai tidak efektif dan hanya menghabiskan anggaran.
Terkait hal ini, Bahtiar mengatakan bahwa bahwa tidak ada satu sen pun dana APBD yang digunakan untuk pengadaan bibit Pisang Cavendish.
"Apalagi saya masuk pada akhir Mei 2024, dimana semua program kegiatan tahun 2024 yang direncanakan tahun lalu sudah berjalan. Jadi praktis semua yang terjadi adalah hanya melaksanakan yang ada," ungkap Bahtiar.
Justru sebaliknya kata dia, Pemprov Sulbar di era pemerintahannya hanya melaksanakan inovasi-inovasi program kegiatan tanpa menggunakan dana APBD.
Baca juga: Bukti Nyata Tuah Stadion Batakan, PSM Makassar dan Borneo FC Kompak Sapu Bersih Liga 1 2024/2025
Baca juga: Kemiskinan Ekstrem Landa Sulbar, BPS Sulbar Ungkap 2 Penyebab, Pj Bahtiar Akan Masifkan Potensi Alam
"Begitu pun pohon sukun yang sudah ditanam dan dibagikan kepada masyarakat selama ini tidak pakai APBD," ia menambahkan.
Bahtiar mengaku, fokus menanam sukun dan cavendish semata-mata untuk memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan Sulbar.
Apalagi, pohon sukun sangat baik sebagai makanam konversi pangan yang sehat, dan pohonnya baik untuk mencegah atau menahan longsor karena sulbar daerah potensial bencana, sekaligus sebagai sumber pendapatan masyarakat.
Data BPS
Sementara itu, berdasarkan hasil Susenas Maret 2024, tingkat kemiskinan di Sulawesi Barat sebesar 11,21 persen. Meskipun terjadi tingkat penurunan namun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan yang mengalami kenaikan.
“Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,05 poin, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik 0,03. Yang menjadi tantangan pemerintah daerah untuk menurunkan dua indeks ini adalah kepala rumah tangga miskin mayoritas tamat SD, sebesar 46,17 persen sementara 22,73 persen kepala rumah tangga miskin tidak dapat membaca dan menulis,” urai Tina Wahyufitri, Kepala BPS Provinsi Sulawesi Barat, kepada media (Senin,2 September 2024)
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri menjelaskan, mengapa kemiskinan ekstrem Sulbar meningkat?
Potret ini sejalan dengan fenomena bahwa terjadi penurunan pengeluaran pada penduduk tingkat terbawah di Sulawesi Barat, terutama mereka yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem.
Perubahan Bantuan Sosial menjadi tunai dan dihapuskannya aturan penggunaan dana desa minimal untuk penanggulangan miskin ekstrem, diduga menjadi faktor yang mempengaruhi hal ini.
Mengenai kemiskinan ekstrem lanjut Tina, maka akan menjad atensi bagi pemerintah pusat untuk dijadikan sebagai agenda prioritas nasional.
Menanggapi data dari BPS tentang kemiskinan ekstrem di Sulbar Maret 2024, Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin yang baru masuk di Sulbar pada 17 Mei 2024 melihatnya sebagai suatu hal mendasar yang harus dilakukan oleh seluruh pemerintahan di Sulbar.
Termasuk melihat peluang dan potensi alam yang ada di Sulbar untuk dijadikan sebagai program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk mengeluarkan Sulbar dari kemiskinan.
Sebelum melahirkan program , Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin lebih banyak menemui masyarakat, petani, nelayan dan tokoh masyarakat Sulbar. Tujuannya mendengar masukan dan keluhan dari warga.
Salah satu inovasi tanpa APBD yang saat ini sedang digalakkan oleh Pj Bahtiar adalah gerakan menanam hortikultura dan menebar ribuan kepiting bakau di hutan bakau Mamuju Sulbar.
“Untuk program sebelumnya, Pemprov melaksanakan apa yang sudah ada,” ujar Pj Bahtiar.
Pj Bahtiar yang pernah mendapat Award Kepala Daerah Peduli Lingkungan Berbasis Ketahanan Pangan tersebut melihat bahwa pemberian bibit gratis yang selama ini diberikan dan ditanam bersama warga itu ke depannya akan sangat baik sebagai makanan konversi pangan yang sehat dan pohon yang baik untuk mencegah longsor karena Sulbar merupakan daerah potensi bencana nya sangat tinggi.
“Pohon sukun merupakan sumber air bersih dan dapat menambah gizi, sumber pendapatan masyarakat," tandas Bahtiar. (*)