TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Majene sebut proses pencocokan dan penelitian (Coklit) data pemilih untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 sudah mencapai 63 persen.
KPU Majene terus mengebut pencoklitan data pemilih untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024,
Diketahui sebanyak 495 Pantarlih bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berjumlah 400.
Diketahui kabupaten Majene terdapat 8 kecamatan, dan 82 Desa atau Kelurahan.
Meski data sudah mencapai 63 persen, namun bukan berarti tanpa kendala di lapangan.
Baca juga: Data BPS: 39 Pesawat Berangkat Selama Bulan Mei di Sulbar
Baca juga: Rincian Jadwal Kapal Pelni KM Bukit Siguntang Bulan Juli 2024: Update hingga 13 Juli 2024
Salma, Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Kabupaten Majene mengatakan berdasarkan pengalaman petugas di lapangan selama ini, sejumlah masyarakat pemilih enggan menerima petugas Pantarlih saat mendatangi rumah mereka.
Akhirnya saat penetapan pemilih berdasarkan Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan hari H pencoblosan, biasanya yang bersangkutan baru protes.
Padahal ada waktu dan tahapan berupa Pencocokan dan Penelitian (Coklit) data pemilih.
"Jadi ada masyarakat tertutup," kata Salma saat ditemui di kantor KPU Majene, Rabu (3/7/2024).
Bahkan tak jarang petugas mendapat peristiwa yang tidak terduga.
Seperti halnya kata Salma yang dialami petugas Pantarlih saat mendata di sebuah desa di sekitar Sendana Majene.
Salma mengungkapkan pemilih yang merupakan seorang ibu-ibu yang akan dicoklit, ternyata dalam status sudah pisah dengan suaminya.
Kemudian pasangannya itu pindah tempat tinggal.
“Jadi warga yang akan dicoklit itu sempat marah-marah ke petugas karena dia tidak mau ada nama mantan pasangannya disitu sebab sudah berpisah, ” ungkap Salma.
Masalah tambah runyam, ketika perempuan itu tidak ingin rumahnya dipasangi stiker bukti telah dicoklit.