Di sisi lain, sejak awal berkoalisi dengan Gerindra, PKB bersikukuh mengajukan nama Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, sebagai bakal calon RI-2.
Umam pun menduga, dengan merapatnya PKB ke Nasdem, sikap politik Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dua dari tiga parpol anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan, bakal terbelah.
Demokrat yang merasa dikhianati karena ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), batal jadi cawapres, diprediksi berpaling dari koalisi pendukung Anies.
“PKS sendiri kemungkinan bisa tetap mendukung Anies karena kabarnya telah menerima logistik dan juga mendapatkan coat-tail effect dari pencapresan Anies,” ujar Umam.
Namun demikian, Umam melanjutkan, retaknya Koalisi Perubahan untuk Persatuan bakal dimanfaatkan oleh poros-poros politik pesaing.
PDI Perjuangan diperkirakan akan berupaya merangkul Demokrat untuk memperkuat pencapresan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Di sisi lain, Prabowo yang baru saja kehilangan PKB tentu juga berusaha mendekati Demokrat dan PKS yang jelas-jelas punya sejarah dukungan pada pilpres sebelumnya,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wacana Duet Anies-Muhaimin, Said Abdullah: Poros Politik Ganjar Paling Solid", "Cak Imin Jadi Cawapres Anies, Prabowo: Inilah Demokrasi, Santai-santai Saja" dan "Anies-Cak Imin Duet, Peluang Erick Thohir dan Gibran Jadi Cawapres Prabowo Terbuka Lebar"