Harga Daging Sapi Naik, Pemerintah Tuding Ada Oknum Bermain, Kerahkan Satgas Pangan Investigasi

Penulis: Suandi
Editor: Ilham Mulyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penjual daging sapi di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (22/2/2022).

TRIBUN-SULBAR.COM - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, kenaikan harga daging sapi semestinya tak terjadi.

Melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah mengatakan ketersediaan daging sapi aman bahkan surplus.

Berdasarkan hasil pendataan dan verifikasi secara faktual, ketersediaan daging sapi atau kerbau bulan Februari hingga Mei 2022 mencapai 290.948,5 ton.

Sedangkan, kebutuhan sebanyak 238.211,8 ton. Sehingga masih ada surplus sebanyak 2.736,7 ton.

Nasrullah menjelaskan, komposisi ketersediaan daging tersebut terdiri dari produksi sapi atau kerbau lokal sebanyak 564.360 ekor atau setara daging 101.596,0 ton, jenis sapi bakalan impor siap potong sebanyak 174.264 ekor atau setara daging 33.404,7 ton dan daging sapi/kerbau beku impor sebanyak 105.947,8 ton.

ILUSTRASI Daging sapi yang akan dipilih pembeli di pasar. (kompas.com)

Baca juga: Kandungan Kolesterol Menu Daging Sapi Lebih Tinggi dari Kambing, Dianjurkan Banyak Makan Buah

Baca juga: Harga Cabai Keriting & Lombok Besar Merah di Pasar Baru Mamuju Naik Jadi Rp 30 ribu

Pihaknya kini tengah meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan untuk menelusuri kenaikan harga daging sapi tersebut.

"Kami mohon Satgas Pangan dapat menelusuri lebih jauh para pelaku yang bermain di dalamnya," ucap Nasrullah, dikutip tim Tribun-Sulbar.com dari Kompas.com.

Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyampaikan, sejumlah pedagang mengeluhkan kenaikan harga daging tersebut.

Abdullah Mansuri, selaku Ketua IKAPPI menjelaskan harga daging sapi murni yang biasanya dibanderol Rp 115.000 hingga Rp 120.000 sekilo, kini dibanderol Rp 132.000 per kilogram.

Lebih lanjut, Abdullah menyampaikan para pedagang sapi akan melakukan mogok berjualan mulai pekan depan, Senin 28 Februari hingga 4 Maret 2022 mendatang.

"Mereka berpikir daripada lelah sama harganya tinggi mending berhenti jualan karena demand-nya atau pembelinya juga enggak ada," kata Abdullah Mansuri.

(Tribun-Sulbar.com/Al Fandy Kurniawan)