TRIBUN - SULBAR. COM, POLMAN - Seorang guru di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, setiap hari menyebrangi derasnya arus sungai demi pergi mengajar.
Guru itu bernama Maryam, mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) DDI Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar.
Sudah hampir 24 tahun Maryam mengabdi di sekolah tersebut.
Tiap hari harus bertarung nyawa melintasi sungai selebar 50 meter dengan arus deras menggunakan rakit bambu.
Tidak ada jalan anternatif dekat yang dapat dilalui menuju tempat mengajarnya kecuali menyewa jasa rakit yang disiapkan oleh warga setempat.
Ketikapun mencari jalan lain, membutuhkan waktu cukup lama baru bisa sampai ke sekolah.
Ia hanya berharap pemerintah segera memberikan perhatian untuk membangunkan jembatan penyeberangan.
Sungai Mandar ini merupakan penghubung antara Desa Mombi dan Desa Saragian, Kecamatan Alu.
"Saya tinggal di Desa Saragian, saya mengajar di MI DDI," ucapnya.
Di dalam dirinya sudah tidak ada rasa takut untuk menyebrangi sungai demi pergi mengajar
Ia baru tidak bisa menyebrang ketika tidak ada rakit yang harus mengantarnya menuju desa sebelah, tempat ia mengajar.
"Kendalanya kalau naik lagi air, hanyut rakit ya tidak bisa lagi menyebrang," ucapnya.
Kondisi ini bukan cuma dia yang mengalami, tetapi guru lain yang ada di Desa Mombi menuju Desa Saragian.
"Kalau tidak ada rakit, mau diapa. Kita mau cari hidup, bukan cari mati, " ujar Ibu Maryam.
Selain tidak bisa mengajar karena tidak ada rakit, ibu Maryam juga biasa terlambat datang mengajar karena harus antre naik rakit.
"Apalagi kalau hari pasar, luar biasa antrenya, " sebutnya
Maryam hanya bisa berharap pemerintah membangunkan jembatan penghubung, sehinggakan aktivitas mereka berjalan dengan lancar. (*)