Nasional

Respon Pernyataan Arif Rosyid, Eks Pengurus PB PMII: Cak Imin Bertarung, Bahlil Diuntungkan Keadaan

Ia juga mengungkapkan bahwa membandingkan Abdul Muhaimin Iskandar dan Bahlil Lahadalia merupakan pernyataan yang tidak adil dan terlalu jauh. 

|
Editor: Nurhadi Hasbi
istimewa
Fathlullah Syahrul Mantan Pengurus PB PMII 

TRIBUN-SULBAR.COM – Bendahara Bidang Kaderisasi Nasional PB PMII 2021–2024, Fathullah Syahrul, menanggapi pernyataan Ketua Umum PB HMI 2013–2015, Arief Rosyid Hasan, yang membandingkan Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, yang juga Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar).

Menurutnya, Arief Rosyid Hasan terlalu melebih-lebihkan pernyataan Cak Imin yang disampaikan pada acara Pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PB PMII) di Jakarta, Minggu (13/05/2025).

“Saya rasa Arief Rosyid Hasan ini terlalu lebay dan terlalu melebih-lebihkan pernyataan Cak Imin. Kebiasaan kami ya, guyonan itu biasa-biasa saja. Lagi pula yang disampaikan Cak Imin masih ngomongin tentang kaderisasi,” kata Fathullah Syahrul.

Fathullah Syahrul mengatakan, pernyataan Arief Rosyid Hasan yang menyebut bahwa Cak Imin menyesatkan merupakan pernyataan yang fatal dan keliru.

Tidak ada sama sekali dalam pernyataan Cak Imin yang secara langsung mengatakan yang tidak tumbuh dari bawah itu sesat.

“Ya, kalau misalkan menanggapi pernyataan Cak Imin lalu menyematkan kata menyesatkan, itu fatal dan keliru. Saya berulang kali mengamati video tersebut. Bahkan, pada saat Cak Imin pidato di acara Pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PB PMII), saya ada di situ. Dianalisis baik secara konseptual, teori, maupun tekstual, tidak ada kesimpulan seperti yang dikatakan Arief Rosyid. Itu hanya kesimpulan individunya saja,” ujar dia.

Ia juga mengungkapkan bahwa membandingkan Abdul Muhaimin Iskandar dan Bahlil Lahadalia merupakan pernyataan yang tidak adil dan terlalu jauh. 

Menurutnya, lompatan berpikir semacam itu terlalu kaku dalam sistem demokrasi kita.

“Pada faktanya, Cak Imin itu bertarung mulai dari aktivis jalanan, menjadi Ketua Umum PB PMII 1994–1997, menjadi Ketua Umum DPP PKB, anggota DPR RI, menteri, calon wakil presiden 2024, dan sekarang Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat. Semua proses itu dilalui dengan cara bertarung. Sedangkan Bahlil Lahadalia, hampir semua prosesnya tidak melalui pertarungan. Kanda Bahlil itu hanya diuntungkan oleh keadaan,” tegasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved