Perdagangan Orang

Kisah Haru Hasrah Warga Ulumanda Majene, Demi Hidupi Dua Anak Nekat Merantau tapi Malah Tertipu

Sebelum keberangkatan, ia bersama sejumlah calon pekerja migran lainnya justru dikumpulkan di sebuah rumah di Kota Bogor.

Penulis: Anwar Wahab | Editor: Nurhadi Hasbi
zoom-inlihat foto Kisah Haru Hasrah Warga Ulumanda Majene, Demi Hidupi Dua Anak Nekat Merantau tapi Malah Tertipu
Istimewa
Korban perdagangan manusia - Tiga warga Sulawesi Barat, masing-masing Hasrah asal Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene dan dua warga asal Polewali Mandaryakni Cici Amelia dan Ria yang hamper saja menjadi korban perdagangan manusia. Ketiga wanita ini Bersama 27 pekerja migran lainnya tak jadi berangkat ke negara-negara Timur Tengah, usai digagalkan Tim Help Desk BP3MI Jawa Barat bersama Imigrasi Kelas I TPI Cirebon saat masih berada di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka.

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Hasrah, seorang ibu asal Ulumanda, Kabupaten Majene, tak pernah membayangkan keputusannya menerima tawaran kerja di luar negeri justru nyaris mengorbankan keselamatannya.

Ibu dua anak ini mengaku nekat merantau karena desakan ekonomi.

Sejak berpisah dengan suaminya beberapa tahun lalu, Hasrah harus berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Baca juga: Diiming-imingi Gaji Puluhan Juta, ‎Warga Ulumanda Majene Nyaris Jadi Korban Perdagangan Manusia

“Kalau bukan saya, siapa lagi? Saya cuma ingin anak-anak tetap sekolah dan bisa makan,” kata Hasrah dengan suara pelan saat dikonfirmasi Tribun-Sulbar.com via telepon, Jumat (11/7/2025).

Seseorang yang mengaku sebagai agen tenaga kerja menawarkan pekerjaan sebagai baby sitter dan asisten rumah tangga di Arab Saudi, lengkap dengan iming-iming gaji belasan hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Hasrah yang tengah terjepit ekonomi pun tergiur.

Namun, harapan itu berubah menjadi kecemasan.

Sebelum keberangkatan, ia bersama sejumlah calon pekerja migran lainnya justru dikumpulkan di sebuah rumah di Kota Bogor.

Di sanalah Hasrah mulai merasa ada yang tidak beres.

“Begitu sampai, handphone saya langsung diambil. Kami tidak bisa keluar, dan tidak boleh menghubungi siapa-siapa, termasuk anak saya di Majene,” tuturnya.

Selama hampir sebulan, ia hidup dalam tekanan dan ketidakpastian.

Hasrah mengaku setiap hari dihantui rasa takut, tetapi juga merasa terjebak karena sudah telanjur meninggalkan kampung halamannya demi harapan yang ternyata semu.

“Saya cuma kepikiran anak-anak. Mereka tidak tahu saya di mana, saya juga tidak tahu kapan bisa pulang,” ucapnya.

Hasrah akhirnya berhasil diselamatkan oleh tim Help Desk BP3MI Jawa Barat bersama Imigrasi Kelas I TPI Cirebon di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, pada Sabtu, 5 Juli 2025 lalu.

Setelah kembali ke kampung halaman, ia mengaku pengalaman tersebut meninggalkan luka mendalam.

Ia berharap tidak ada lagi perempuan atau ibu-ibu di kampung yang tergoda bujuk rayu agen tanpa izin resmi.

“Kalau tahu begini, saya lebih baik tetap di rumah, kerja apa saja yang penting dekat anak-anak,” pungkasnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Anwar Wahab

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved