Berita Majene

Lurah Baruga Dhua Tegaskan Bukit Sigitung Majene Bukan Tempat Wisata Warga Terganggu Ulah Pengunjung

‎Karena itu, segala bentuk gangguan, termasuk limbah dan akses liar, sangat berdampak pada mata pencaharian mereka.

|
Penulis: Anwar Wahab | Editor: Ilham Mulyawan
Tangkapan layar
Parkiran motor - Sejumlah motor terparkir di Bukit Sigitung, Kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar. Lurah setempat menegaskan area ini bukan tempat wisata melainkan kebnun milik warga 

TRIBUN-SULBAR.COM MAJENE – Lurah Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Suhaeni menegaskan area lokasi Bukit Sigitung yang kerap dikunjungi warga, bukan tempat wisata melainkan kebun milik warga.

Untuk diketahui, baru-aru ini viral di Media social pengunjung Bukit Sigitung mengeluh kehilangan helm dan mengalami kerusakan pada jok motor mereka yang disayat Orang Tak Dikenal (OTK).

‎‎“Jalan yang digunakan untuk parkir itu bukan lahan parkir, dan Bukit Sigitung juga bukan kawasan wisata resmi. Itu jalan kebun milik warga yang sehari-hari digunakan untuk aktivitas bertani,” ujar Suhaeni, saat dikonfirmasi Tribun Sulbar.com via telepon Minggu (15/6/2025).

‎Suhaeni mengaku telah menutup akses jalan ke wilayah tersebut karena banyaknya laporan warga soal dampak negatif dari aktivitas pengunjung.

‎Ia mengaku jika masih ada pengunjung yang masuk itu murni tidak lewat Baruga Dhua tapi jalan lain.

Baca juga: Jok Motor Pengunjung Bukit Sigitung Majene Dirusak OTK, Kadispar Tegaskan Bukan Tanggung Jawab OPD

Baca juga: Belum Nikmati Rp1,5 Juta Hasil Penjualan Pil Boje, Sepasang Kekasih di Majene Ditangkap Polisi

‎Hal yang paling dikeluhkan adalah masalah sampah dan perilaku pengunjung yang dianggap tidak sopan.

‎“Banyak petani yang mengadu karena sampah pendaki berserakan di kebun. Bahkan sisa makanan sering diseret anjing dan masuk ke lahan pertanian, khususnya kebun bawang. Ini sangat merugikan, karena tanaman mereka jadi rusak,” jelasnya.

‎Ia menambahkan, mayoritas warga Baruga Dhua 99 persen merupakan petani yang sangat bergantung pada hasil kebun.

‎Karena itu, segala bentuk gangguan, termasuk limbah dan akses liar, sangat berdampak pada mata pencaharian mereka.

‎Tak hanya soal sampah, Suhaeni juga mengungkapkan keresahan warga atas sejumlah pengunjung yang kedapatan melakukan tindakan tidak senonoh di lokasi tersebut.

‎Hal inilah yang memperkuat keputusan penutupan akses jalan ke Bukit Sigitung melalui wilayah Baruga Dhua, keputusan tersebut telah dirapatkan oleh pihak Desa, warga dan Bhabinkamtibmas.

‎“Kami tidak melarang orang menikmati keindahan alam, tapi jangan sampai merusak lingkungan dan mengganggu warga. Kalau mau dijadikan wisata, harus ada aturan dan pengelolaan yang jelas,” tegasnya.

‎Seiring meningkatnya kunjungan ke Bukit Sigitung, suara masyarakat sekitar pun kian lantang meminta agar kawasan tersebut tidak lagi digunakan secara sembarangan.

‎Mereka berharap, jika ingin dikembangkan sebagai destinasi wisata, perlu ada keterlibatan warga dan perencanaan matang demi menjaga lingkungan dan kesejahteraan petani.

Bukan Tempat Wisata

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved