Gempa Bumi Myanmar

8 Teori Mengapa Gempa Myanmar 7,6 Magnitudo Tidak Berpengaruh ke Wilayah Indonesia

Daryono menyebutkan jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia.

Editor: Ilham Mulyawan
DARYONO BMKG
Gempa Myanmar Hari Ini - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Magnitudo terjadi di wilayah Mandalay, Myanmar pada JUmat (28/3/2025) hari ini. Gempa merusak ini mengancurkan banyak bangunan di kota tersebut 

"Sehingga beberapa jalur sesar dapat rilis gempa sendiri-sendiri. Jika terjadi gempa yang berdekatan jarak dan waktunya itu faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya," terangnya.

Kelima, masih sulit menerangkan secara empirik dugaan bahwa antar gempa dapat saling berhubungan. 

"Hingga saat ini, kita masih lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit Bumi. Inilah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa antar gempa dapat saling berhubungan, merambat dan dapat menjalar kesana kemarin," ujarnya lagi.

Keenam, baru bisa dijelaskan adalah kaitan antara gempa utama dan gempa susulannya. 

Teori Pemicuan Antar Gempa Bersifat Statis. 

Pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat jaraknya, sebagai contoh adalah munculnya gempa-gempa baru (aftershocks) yang terjadi di sekitar gempa utama (mainshock) yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang terjadi sebelumnya. 

Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak dan disebabkan oleh perpindahan patahan yang permanen.

Ketujuh, secara empirik masih sulit menjelaskan sebuah gempa dapat dipicu oleh gempa jauh. 

Teori Pemicuan Antar Gempa Bersifat Dinamis. 

Pemicuan yang bersifat dinamis dapat berkaitan dengan gempa-gempa dekat dan jauh. 

Transfer tegangan dinamis ini nilainya lebih kecil, berkurang dengan melambat terhadap jarak dan merupakan tegangan yang dibawa oleh gelombang seismik melalui batuan. 

"Konsep pemicuan dinamik ini lebih sering dikaitkan dengan potensi gempa yang dipicu dari jarak jauh, namun banyak persyaratan yang harus terpenuhi sehingga konsep ini sangat kompleks dan rumit," jelasnya.

Terakhir atau yang ke delapan, berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, tampak bahwa aktivitas tektonik di zona Sesar Sagaing tidak dengan mudah secara langsung mempengaruhi wilayah Indonesia. 

Indonesia memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri yang menjadi sumber utama aktivitas seismik di wilayahnya. 

Sehingga meskipun antar segmen sesar berdekatan tetapi kalau salah satu sesarnya “belum matang” akumulasi energinya, maka tidak akan bisa terjadi saling picu gempa.

"Namun demikian, sebagai langkah kesiapsiagaan, meski tidak mudah gempa Myanmar mempengaruhi kegempaan Indonesia, masyarakat sebaiknya tetap diimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing," pungkas Daryono. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved