Gempa Bumi Myanmar
8 Teori Mengapa Gempa Myanmar 7,6 Magnitudo Tidak Berpengaruh ke Wilayah Indonesia
Daryono menyebutkan jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia.
TRIBUN-SULBAR.COM - Myanmar dihantam gempa bumi berkekuatan 7,6 magnitudo pada Jumat (28/3/2025) pukul 13:31:59 WIB.
Bencana alam yang terjadi masuk kategori gempa bumi tektonik. Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sagaing.
Gempabumi ini diperkirakan berdampak dan dirasakan di wilayah Mandalay dan negara tetangga seperti di Kota Bangkok, Thailand dan China.
Sesar Sagaing adalah sesar geser yang membentang di Myanmar dari utara ke selatan dengan panjang sekitar 1.200 kilometer.
Sesar ini sangat aktif secara tektonik dan menjadi salah satu sumber gempa potensial di wilayah tersebut.
Beberapa kota besar yang dilalui oleh Sesar Sagaing antara lain: Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon. Sesar ini memberi risiko yang besar bagi kota-kota tersebut.
Sesar Sagaing memiliki mekanisme geser menganan (dextral strike-slip) dengan laju pergeseran cukup signifikan sekitar 18–22 mm per tahun.
Sesar ini merupakan bagian dari sistem tektonik yang membatasi Lempeng India dan Lempeng Sunda, sehingga memiliki aktivitas seismik yang sangat signifikan.
Menurut keterangan Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono ada beberapa alasan mengapa gempa Myanmar tidak mudah mempengaruhi kegempaan di wilayah Indonesia.
Pertama sumber gempanya berbeda. Daryono menyebutkan jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia.
Kemudian kedua jaraknya cukup jauh dari wilayah Indonesia. Ujung selatan jalur Sesar Sagaing hingga Pulau Sabang jaraknya sekitar 1.256 km.
Ketiga masing-masing segmen sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri, bukan saling picu.
Baca juga: Wanita Ditemukan Tak Bernyawa di Desa Sumarrang Polman Diduga Akhiri Hidup karena Depresi
Baca juga: BREAKING NEWS: Wanita Usia 59 Tahun di Polman Sulbar Ditemukan Tewas Usai Hilang Sejak 23 Maret
"Setiap segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser (slip-rate) sendiri-sendiri dan tentunya dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen. Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya, maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa," ujarnya.
Keempat tidak ada konsep/teoti saling picu dan tidak ada rambatan gempa.
Daryono mengatakan beberapa aktivitas gempa yang terjadi disuatu kawasan dalam waktu dan jarak yang berdekatan, sebenarnya tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, apalagi di wilayah memiliki banyak sumber gempa.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.