Berita Polman

3 Patung Pejuang di Taman Bambu Runcing Polman Tak Terawat

Mereka masing-masing memegang bambu runcing, simbol senjata masa lampau digunakan melawan penjajah.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Munawwarah Ahmad
Tribun Sulbar / Fahrun Ramli
Tiga patung pejuang tak terawat nampak mengalami kerusakan di Taman Bambu Runcing di Jl Muh Yamin, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali, Polman, Kamis (9/1/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Patung tiga tokoh pejuang dari wilayah Polewali Mandar (Polman) di taman bambu runcing, Jl Muh Yamin, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) tak terawat, Kamis (9/1/2025).

Nampak patung ini sudah kusam, cet warna sudah mulai pudar, hingga mengalami kerusakan.

Tiga patung berdiri kokoh di tengah taman ini merupakan bentuk simbolis atau lambang perjuangan.

Baca juga: Beras Bansos Diduga Hilang di Gudang Desa Tumbu Mamuju Tengah, Penerima: Baru Kali Ini Terjadi

Baca juga: Gaji Honorer RSUD Sulbar Terlambat, Direktur Erna Berdalih karena Cek Absensi dan Momen Nataru

Mereka masing-masing memegang bambu runcing, simbol senjata masa lampau digunakan melawan penjajah.

Nampak patung di tengah menunduk untuk melawan, sementara dua patung lainnya menghunuskan bambu runcing.

Patung sebagai bentuk edukasi sejarah bagi generasi muda ini nampak tak terawat lagi.

Tangan dan bambu dari salah satu patung ini sudah rusak, patah, besi pahatan patung sudah terlihat.

Untuk diketahui, patung ini ialah sosok pejuang bernama Tarrua, bersama kedua putranya Sampeani dan Lira.

Mereka merupakan tokoh pejuang dari warga Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi, Polman.

Lurah Polewali Abdul Karim mengatakan awalnya Taman Bambu Runcing ini hanya terdapat patung bambu.

"Sekitar 1960 taman ini ada patung bambu runcing, nanti di sekitar tahun 1975 baru berdiri ini patung tiga pejuang," kata Abdul Karim kepada wartawan.

Dia mengaku tidak banyak mengetahui sosok tiga pejuang lokal daerah ini yang patungnya didirikan.

Meski begitu, Abdul Karim menyampaikan tiga sosok pejuang ini merupakan satu keluarga, bapak dan dua anak.

Konon katanya mereka saat itu tengah mempertahankan markas atau benteng dari penjajah yang menyerang.

"Kalau saat ini itu taman, jadi tanggung jawab pihak kebersihan untuk merawat dan membenahinya," lanjutnya.

Dia mengatakan taman Bambu Runcing ini awalnya sering digunakan anak sekolah dasar belajar sejarah di ruang terbuka.

Rimbun pepohonan dan taman bunga serta tempat duduk membuat pengunjung taman betah.

Abdul Karim berharap agar pemerintah setempat dapat membenahi patung alami kerusakan.

"Kalau bisa juga dipasangi lampu jalan disekitar taman, supaya nampak terang di malam hari, serta cat patung pejuang diperbaiki," ungkapnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved